Minggu, 14 November 2010

Formulasi Sediaan Non Steril (Supositoria)

Pendahuluan
Definisi:
Sediaan padat yang ditujukan untuk diberikan
melalui rektum, vagina, uretra; baik meleleh
ataupun terlarut dan mempunyai efek terapetik
lokal ataupun sistemik.
Suppositoria rektal:
-Panjang sekitar 3,2 cm,
-Bentuk silindris, torpedo
-Beratnya untuk dewasa c.a 2 g, anak-anak dan
bayi c.a 1 g (bentuk seperti pensil)

Suppositoria vaginal (pessari):
Ø Bentuk globular, oviform
Ø Beratnya c.a 5 g

Suppositoria uretral (bougie):
Ø Bentuk seperti pensil
Ø Untuk pria: diameter 3-6 mm, panjang 140 mm
berat c.a 4 g
Ø Untuk wanita: panjang 70 mm, berat c.a 2 g


Penggunaan rute rektal
Alasan pemilihan rute rektal untuk pemberian obat:
1. Pasien tidak dapat menggunakan rute oral.
@ Pasien mengalami masalah dengan saluran
pencernaan spt. Nausea.
@ Pasien tidak sadar (unconscious).
@ Katagori khusus, spt. Bayi, lanjut usia,
gangguan mental.

2. Obat tidak cocok diberikan dengan rute oral.
@ Obat yang menghasilkan efek samping pada GI
@ Obat tidak stabil pada pH GI
@ Obat yang rentan terhadap enzim pada GI
@ Obat yang mempunyai rasa tidak enak

Kerugian suppositoria:
Ø Penggunaan tidak nyaman
Ø Terjadinya variasi pada proses absorpsi
Ø Mengiritasi mukus yang disebabkan oleh
beberapa obat atau basisnya

Efek terapetik supositoria
Efek lokal

Suppositoria akan meleleh, melunak atau
terlarut dan melepaskan obat.
Ditujukan untuk pengobatan:
Ø Konstipasi (laksatif: gliserin)
Ø Menghilangkan nyeri, iritasi, gatal, inflamasi
berkaitan dengan hemorroid

Suppositoria antihemorroid mengandung:
anestetik lokal, vasokontriktor, astringen)
Suppositoria vaginal:
Ø Kontrasepsi (mis. Nonoxynol-9)
Ø Antiseptik
Ø Antivaginitis (mis. Trichomonacides untuk
patogen Trichomonas vaginalis, Candida
albicans)
Suppositoria uretral:
Ø Antibakteri
Ø Anestetik lokal preparatif

Efek sistemik
Ø Rektum sering digunakan sebagai tempat
absorpsi secara sistemik, lain halnya dg vagina.
Ø 50-70% obat akan diabsorpsi dalam sirkulasi
darah setelah dimasukkan ke dalam rektal.
Obat yang diberikan untuk tujuan sistemik:
Ø Proklorperazin dan klorpromazin untuk mual,
muntah dan trankuilizer
Ø Oksimorfon HCl: narkotik analgetik
Ø Ergotamin tartrate: migrain
Ø Indometasin: analgetik dan antipiretik
 Ø Efek bergantung pada waktu tinggal supositoria
dan pelepasan obat dari basisnya
Ø Zat aktif termasuk morfin, antiemetik, teofilin,
NSAID (mereduksi iritasi di lambung)

Kerugian (pemberian sistemik)
Ø Bioavailabilitasnya tidak dapat diprediksi
Ø Lambat dan erratic: cairan, feses, efek
variasi basis (oleum cacao, PEG)
Ø Patologi (hemorroid) dapat menyebabkan
iritasi dan pengeluaran
Ø Dapat mengalami metabolisme first pass
effect di hati tergantung dari lokasi
penempatan suppositoria dalam rektum

Anatomi dan Fisiologi Rektum
Ø Rektum merupakan bagian dari kolon
Ø Panjang: 15-20 cm dari saluran pencernaan akhir
Ø Permukaan dinding dalam rektum datar, tidak
bervilli
Ø Volum mukus terbatas (2-3 mL)
Ø Luas permukaan rektum 300 cm2
Ø pH lapisan mukus: 6,8 - 7,5
Ø Kapasitas dapar rendah


Absorpsi obat di rektum
Ø Luas permukaan yang rendah menyebabkan
absorpsi yang rendah dibandingkan dengan
saluran pencernaan
Ø Zat aktif dapat langsung memasuki sirkulasi
darah umum atau melalui metabolisme di hati
Ø Bergantung basis, zat aktif terlarut di cairan
rektal, atau meleleh pada lapisan mukosa
Ø Volume cairan rektal sedikit à disolusi zat
aktif terhambat
Ø Efek osmotik basis larut air à air tertarik,
mengakibatkan sensasi rasa sakit pada pasien
Ø Zat aktif yang terlarut dalam basis akan
berdifusi menuju membran rektal
Ø Zat aktif tersuspensi dalam basis lemak,
pengaruh gravitasi/pergerakan motilitas à
zat aktif terlarut dalam cairan rektum à
difusi melalui lapisan mukus melewati epitelium
(pembentuk dinding rektum)

Faktor fisiologi yang
mempengaruhi proses absorpsi

Ø Ketersediaan jumlah cairan mukus
Pada keadaan non-fisiologi (penarikan osmotik
basis larut air, diare) à volume cairan tinggi
Ø Karakteristik mukus rektum
Komposisi, viskositas, tegangan permukaan
Ø Isi rektum
Ø Motilitas pada dinding rektum
Berasal dari kompleks motor kolonik, gelombang
kontraksi menyebar pada dinding kolon

Formulasi supositoria
Ukuran supositoria berkisar 1-4 g
Komposisi zat aktif bervariasi: 0,1-40%
Komposisi umum supositoria:
Ø Basis
Ø Zat aktif
Ø Zat tambahan

Basis supositoria
Terdapat 2 golongan utama basis:
1. Basis lemak (hidrofobik)
@ Oleum cacao
@ Gliserida semisintetik
2. Basis hidrofilik
@ Basis glisero-gelatin
@ Polimer polietilen glikol (PEG, macrogols,
carbowax)

Persyaratan basis:1. Supositoria harus meleleh dalam tubuh atau
terlarut dalam cairan rektum.
Basis lemak diharapkan meleleh < 37oC
2. Jarak lebur harus kecil agar proses pemadatan
cepat à untuk mencegah suspensi terutama BJ
tinggi, partikel obat, agglomerasi.
3. Stabil secara fisika dan kimia selama
penyimpanan.
4. Kompatibel dengan zat aktif.
5. Memberikan pelepasan zat aktif yang optimal.
6. Volume kontraksi yang cukup à kemampuan
pelepasan supositoria dari cetakan.
7. Viskositas yang cukup à penuangan ke dalam
cetakan, pencegahan pemisahan zat aktif, dan
pengaruh terhadap kecepatan absorpsi.
8. Tidak mengabsorpsi/mengiritasi.
9. Mudah dalam penanganannya.
10. Ekonomis
11. Non-toksik
12. Tidak mempunyai bentuk metastabil
13. Dapat dimanufaktur dengan pencetakan
secara manual atau mesin

Basis lemak
Basis lemak original: oleum cacao, mengandung
asam oleat yang tidak jenuh
Kerugian:
Ø Mempunyai sifat polimorfik
Ø Kontraksi yang tidak cukup pada proses
pendinginan
Ø Titik pelunakan yang rendah
Ø Tidak stabil secara kimia
Ø Kekuatan absorpsi zat aktif rendah

Theobroma oil, oleum cacao
Ø Sumber alam, meleleh pada 30-36
Ø Bentuk semisolida, warna kuning
Ø Terdiri atas gliseril ester dari asam
lemak spt stearat, palmitat, asam oleat
Ø Tidak cocok untuk negara tropis

1. Polimorfisme dan ketengikan saat panas
2.4 bentuk kristal theobroma
kristal beta (TL. 34-36)
kristal beta’ (TL. 27)
kristal alfa (TL. 22)
kristal gamma (TL. 18)
3. Proses lubrikasi
4. Titik leleh rendah. Setelah dicampur dengan
volatile oil, kloral hidrat, metil paraben, fenol,
kamfora

Persyaratan untuk basis lemak
Nilai asam kurang dari 0.2
Nilai saponifikasi 200-245
Nilai iodin kurang dari 7
Interval antara titk leleh dan titik
pemadatan kecil

Basis lemak semisintetik
Campuran trigliserida dengan asam C12-C18 yang jenuh
Angka hidroksil: jumlah mono- dan digliserida yang terkandung
dalam basis semisintetik. Angka hidroksil tinggi à kemampuan
menarik air tinggi à dapat menyebabkan penguraian zat aktif
yang mudah terhidrolisa (asam asetilsalisilat)
Angka iodin: jumlah kandungan asam tidak jenuh. Makin tinggi
à mudah teroksidasi, mengakibatkan ketengikan

Keuntungan gliserida semisintetik
1. Tidak ada polimorfisme
2.Toleransi terhadap oksidasi
3.Pemadatan yang cepat
4.Penampilan yang lebih baik

Basis larut air
Ø Basis gliserol gelatin untuk tujuan laksatif
Ø Macrogols: campuran PEG dengan beda BM
Ø Titik leleh melebihi suhu tubuh à bercampur
dengan cairan tubuh
Ø Cocok digunakan untuk negara beriklim tropis
Ø Bersifat higroskopis dan menarik air à
memberikan rasa sakit pada pasien.
Pemecahan: incorporasi min. 20% air dan
pelembab
 Ø Inkompatibilitas dengan beberapa obat
(fenol, sulfonamid)
Ø Konstanta dielektrik basis rendah à zat
aktif tertahan pada basis sehingga
pelepasannya lambat

Basis glisero-gelatin:
1. Bersifat laksatif
2.Banyak proses perlakuan yang harus dihadapi
3.Bersifat higroskopis (dari gliserin)
4.Inkompatibilitas dengan asam tannat
5.Pada pemanasan tinggi (overheat): gliserin
melepaskan gas toksik volatil

PEG
Produk sintetik
Mis. PEG 400, PEG 1500, PEG 4000
Keuntungan:
1. TL 40 C
2. Lambat meleleh dan melepaskan zat aktif juga lambat
3. Dapat dilakukan kombinasi PEG untuk mendapatkan
basis yang cocok
4. Viskositas tinggi
Kerugian:
1. Inkompatibilitas dengan garam bismut, tanin, fenol,
mengurangi aktivitas antimikroba, melarutkan beberapa
plastik
2. PEG BM tinggi menyebabkan pelepasan zat aktif rendah

Zat aktif
Faktor yang mempengaruhi formulasi zat aktif:
1. Kelarutan dalam air dan basis
Bentuk: terlarut atau tersuspensi
Koefisien partisi basis/air tinggi à
konsentrasi di basis tinggi à kecenderungan
meninggalkan basis rendah à kecepatan
pelepasan ke cairan rektum lambat à
absorpsi lambat

Ø Supositoria emulsi tipe air/minyak sangat tidak
diinginkan. Transfer obat ke keadaan terlarut
sangat lambat à proses absorbsi sangat
tertahan.
Ø Pada basis lemak, zat aktif larut air sebaiknya
terdispersi\

2. Karakteristik permukaan
Ø Penting dalam transfer zat aktif dari 1 fasa
ke fasa lain.
Ø Zat aktif harus tersebar pada batas
permukaan basis dan cairan rektum (hindari
agglomerat).
Ø Homogenitas zat aktif dalam supositoria.
Ø Penambahan surfaktan terhadap zat aktif
hidrofob untuk menyediakan obat dalam
keadaan terlarut siap diabsorpsi.


3. Ukuran partikel
Penting dalam pencegahan sedimentasi
selama atau setelah pembuatan supositoria
(z.a < 150 um à sedimentasi).
4. Jumlah zat aktif
@ Jumlah partikel meningkat à agglomerasi
@ Penggunaan suspending agent à
meningkatkan viskositas
@ Zat aktif dengan ukuran partikel kecil
menghasilkan bioavailabilitas tinggi

Zat tambahan
Untuk memperbaiki kualitas
Peningkat viskositas: koloid silikon dioksida (1-2%),
Al-monostearat (1-2%), lechitin
Plastisizer: setil alkohol, propilen glikol, antioksidan
Surfaktan: peningkat absorpsi

Pembuatan supositoria
Tiga (3) metode pembuatan:
1. Pencetakan (molding)
2. Kompresi
3. Hand rolling and shaping

1.metode pencetakan (molding)
Merupakan proses panas/fusion
Keuntungan:
Ø Penampilannya elegan
Ø Tidak membutuhkan skill yang tinggi
Kerugian:
Ø Panas
Ø Peralatan: membutuhkan cetakan
Ø Memerlukan penghitungan khusus

Proses pembuatannya melibatkan:
Ø Pelelehan basis
Ø Inkorporasi zat aktif
Ø Penuangan lelehan ke dalam cetakan
Ø Pengeluaran supositoria dari cetakan
Cetakan supositoria
Tersedia di perdagangan variasi jumlah (6, 12, 48
lubang), bahan (stainless steel, alumunium,
plastik)

Lubrikan pada cetakan
Ø Digunakan untuk memudahkan pengeluaran
suppositoria dari cetakan.
Ø Jarang digunakan untuk basis oleum cacao
dan PEG.
Ø Digunakan pada pembuatan suppositoria
gelatin tergliserinasi

Kalibrasi cetakan
Bilangan pengganti:
Berat dari zat aktif yang menempati 1 bagian basis
Perhitungan bilangan pengganti:
a. Bobot rata-rata supositoria hanya berisi basis = 1,9922 g
b. Bobot rata-rata supositoria berisi basis + 10% z.a = 2.0545 g
Jumlah z.a dalam supositoria (b) = 0,1 x 2,0545 g
= 0,20545 g
Jumlah basis dalam supo (b) = (2,0545 – 0,20545) g
= 1,84905 g
Jumlah z.a dalam supo (b) sebanding dengan basis supo (a) =
(1,9922 – 1,84905) g = 0,14315 g
Jadi 0,14315 g basis setara dengan 0,20545 g z.a atau
1 g z.a setara dengan 0,697 g basis

Perhitungan bobot supositoria z.a dengan
kandungan 25 mg

Bobot rata-rata supositoria hanya berisi basis = 1,9922 g
Bobot zat aktif (z.a) = 0,025 g
0,025 g z.a setara dengan basis = 0,025 x 0,697 g
= 0,017425 g
Basis yang ditambahkan ( 1 supo) = (1,9922 – 0,017425) g
= 1,974775 g
Bobot 1 supositoria yang sebenarnya = (0,025 + 1,974775) g
= 1,9998 g
Untuk pembuatan 20 supositoria:
Bobot z.a = (0,025 x 20) g = 0,5 g
Bobot basis = (1,9998 x 20) g = 39,9955 g

Contoh pembuatan supositoria dengan cetakan
1 = Bahan dilelehkan dan
dituangkan ke cetakan
2 = Cetakan supositoria
dipisahkan setelah proses
pendinginan
3 = Supositoria dikeluarkan
dari cetakan

2. Metode Kompresi
Ø Pembuatan supositoria dengan pengkompresian
campuran massa basis + z.a ke dalam cetakan
khusus menggunakan mesin pembuat supositoria.
Ø Merupakan proses dingin, digunakan untuk basis
oleum cacao dan PEG.
Ø Cocok untuk zat aktif yang labil terhadap panas
dan zat aktif tidak larut dalam basis.
Kerugian:
Diperlukan mesin khusus pembuat supositoria.

3. Metode Hand Rolling dan Shaping
A historical part of the art of the pharmacist.
Dilakukan dengan menggunakan basis oleum cacao.
Keuntungan:
Ø Tidak membutuhkan peralatan canggih
Ø Tidak memerlukan penghitungan khusus
Ø Tidak menggunakan pemanasan
Kerugian:
Ø Sulit pada proses pembuatannya
Ø Nilai estetika penampilan supositoria yang
diharapkan: kurang

Pengujian supositoria
1. Pengujian jarak lebur (macromelting range test)
Pengukuran waktu yang diperlukan supositoria
untuk meleleh saat dicelupkan dalam penangas
air bersuhu 37oC.

2. Uji penetrasi
Untuk mengontrol kualitas supositoria atau
mengukur stabilitas fisik terhadap waktu.
Supositoria ditempatkan dalam suatu chamber yang dicelupkan
dalam penangas air 37oC. Permukaan atas supositoria
ditempatkan suatu tungkai yang akan menembus supo setelah
supositoria meleleh.
Pada uji penetrasi: dilakukan pengukuran waktu yang
diperlukan oleh tungkai untuk menembus supositoria

3. Uji kekerasan
Metoda untuk mengukur kerapuhan supositoria. Uji
dilakukan dengan menempatkan supositoria pada platform
600 g. Selang interval 1 menit dilakukan penambahan pelat
200 g. Penambahan berat total hingga supositoria retak
menggambarkan kekerasan/kekuatan supositoria

4. Uji waktu hancur
Uji ini menentukan waktu supositoria melunak atau hancur
saat ditempatkan dalam medium cair.
Kriteria penerimaan:
Ø Terlarut sempurna.
Ø Komponen supositoria terpisah: lelehan basis lemak
mengapung di permukaan medium, komponen larut medium
dan zat tidak larut yang berada di dasar wadah medium.
Ø Supositoria melunak dan berubah dari bentuk awalnya
tanpa terjadi pemisahan komponen secara sempurna.
Ø Tidak ada residu yang tersisa pada alat perforasi uji,
kalaupun ada berupa massa lunak yang tidak mempunyai
inti padat
Masalah khusus dalam formulasi
Air dalam suppositoria
Higroskopisitas
Inkompatibilitas
Viskositas
Kerapuhan
Densitas
Volume kontraksi
Lubrikan
Faktor bilangan pengganti

good luck..^^

Formulasi Sediaan Non Steril (Evaluasi Mutu Sediaan Solida)

PENDAHULUAN
-Evaluasi kuantitatif dan uji karakteristik kimia,fisika dan ketersediaan hayati dari sediaan tablet
merupakan hal penting dalam mendisain dan
memonitor mutu produk.

-Uji karakteristik kimia diperlukan karena
penguraian kimia atau interaksi di antara
komponen dalam formulasi dapat mengubah
karakteristik fisik tablet dan yang terpenting
mempengaruhi ketersediaan hayati zat aktif.

-Ada beberapa standard uji terkait dengan
persyaratan farmakope, termasuk diameter,
ukuran, bentuk, bobot, kekerasan, waktu hancur
dan uji disolusi

GENERAL APPEARANCE
Penampilan tablet (identitas visual) perlu
diperhatikan:
-Penerimaan konsumen
-Kontrol homogenitas produk dari lot ke lot dan dari
tablet ke tablet
-Monitoring proses produksi

Penampilan meliputi:
-Ukuran tablet
-Bentuk
-Warna, bau, rasa, tekstur permukaan dan
konsistensi

EVALUASI MASSA CETAK (IN PROCESS CONTROL)
Metode pembuatan   Bahan/tahap       Jenis pemeriksaan

Kempa langsung       Massa cetak       Sifat aliran
                                                          Homogenitas campuran

Granulasi kering        Massa granul     Sifat aliran
                                                         Bj ruah/Bj nyata
                                                          Bj mampat

Granulasi basah        Massa granul     Sifat aliran
                                                         Bj ruah/Bj nyata
                                                         Bj mampat
                                                         Kandungan lembab

EVALUASI GRANUL
destruktif                                                non sedtruktif
Bahan uji mengalami kerusakan,              Bahan uji tidak mengalami kerusakan,
baik fisika maupun kimia                         sehingga
                                                              masih dapat digunakan untuk uji lain
                                                              atau proses selanjutnya
                                                              baik fisika maupun kimia

 Evaluasi non destruktif
1. Uji aliran
2. Uji bobot jenis dan persen kompresibilitas
Evaluasi destruktif
1. Penetapan kandungan zat aktif dalam granul
2. Uji kandungan lembab

SIFAT ALIRAN
Jumlah serbuk atau granul yang mengalir dalam suatu waktu

Satuan : gram/detik
Prosedur penetapan:
- Timbang beker glass kosong (Wo)
- Set skala ke nol
- Masukkan serbuk/granul ke corong
- Hidupkan alat dan amati serbuk/granul
- Catat waktu aliran (T)
- Timbang beker glass berisi serbuk/granul (Wt)
- Hitung aliran serbuk/granul:


(Wt – Wo)/T
Tujuan penetapan:
Menjamin keseragaman pengisian
ke dalam cetakan bobot/tablet


EVALUASI SEDIAAN TABLET

Ø Berdasarkan persyaratan resmi (buku-buku rujukan resmi: FI IV, USP, dll)
Ø Berdasarkan persyaratan dari industri (memeriksa variasi antar batch)
Persyaratan dari industri
1. Bentuk dan ukuran (FI III)
• Ketebalan adalah satu-satunya variabel berkaitan dengan proses pencetakan
• Ketebalan dipengaruhi oleh: bj ruah, bj mampat dan sifat aliran massa cetak
• Alat : jangka sorong
2. Kekerasan tablet
Tujuan:
menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses:
pengemasan, penghantaran (shipping).

UKURAN DAN BENTUK
-Selama kompresi berlangsung jika gaya kompresi
konstan, ketebalan tablet dapat bervariasi karena:
-Perubahan kedalaman die
-Distribusi ukuran partikel
-Packing/pengisian masa cetak
-Perubahan bobot tablet
Jika pengisian masa cetak konstan, ketebalan tablet
bisa bervariasi karena perubahan gaya kompresi

-Ketebalan tablet akan konsisten dari batch ke
batch atau dalam satu batch hanya jika
granul atau serbuk mempunyai ukuran dan
distribusi ukuran yang konstan
-Mesin bekerja dengan kondisi prima
-Ketebalan tablet harus terkontrol dengan
spesifikasi a ± 5% di samping memudahkan proses
pengemasan
-Ukuran dan bentuk tablet dapat mempengaruhi
  -pemilihan mesin tablet yang akan digunakan,
  -ukuran granul yang paling sesuai,
  -ukuran lot,
  -jenis proses pembuatan tablet yang sesuai,
  -operasi pengemasan
  -biaya produksi

UJI KEKUATAN MEKANIK TABLET-KEKERASAN
-FRIABILITAS
-FRIKSIBILITAS
-KEKUATAN TENSIL (TENSILE STRENGTH)
-INDEKS KERAPUHAN (BRITTLE FRACTURE)

KEKERASAN TABLET (CRUSHING STRENGTH)
-Resistensi tablet terhadap capping, abrasi dan kehancuran
selama penyimpanan, transportasi dan penanganan sebelum
digunakan bergantung pada kekerasan tablet
-Kekerasan (crushing strength) dilakukan selama produksi
tablet (IPC) dan digunakan untuk menentukan pengaturan
tekanan pada mesin tablet.
-Jika tablet terlalu keras, menyebabkan sulit hancur sehingga
menyebabkan tidak terpenuhinya persyaratan uji disolusi
-Tablet yang terlalu lembek akan menyulitkan penanganan
paska kempa
-Gaya yang diperlukan untuk menghancurkan tablet diukur
dalam kg
-Kekerasan 4 kg merupakan kekerasan minimum
-Tablet oral normalnya mempunyai kekerasan 4-10 kg
-Tablet sustained release: 10 – 20 kg
-Tablet hipodermik dan kunyah: 3 kg
-Kekerasan tablet dipengaruhi oleh karakteristik fisik lain
seperti bj dan porositas

Kekerasan tablet (hardness)
- 20 tablet diambil secara acak
- Ukur kekerasan masing-masing tablet
- Catat skala yang terukur
- Kekerasan tablet adalah harga rata2
ke-20 tablet
- Variasi kekerasan dilihat dari harga SD
Kekerasan tablet (hardness)
Nilai kekerasan tablet bergantung pada
bobot tablet. Makin besar tablet,
kekerasan yang diperlukan juga semakin
besar.

KEKUATAN TENSIL
T = 2 F / π d H (1)
Adalah gaya yang diperlukan untuk memecah tablet
Radial kekuatan tensil tablet dirumuskan:
F = gaya
d = diameter tablet
H = ketebalan tablet
Faktor yang mempengaruhi pengukuran kekuatan tensil:
-Kondisi uji
-Sifat deformasi bahan
-Bentuk tablet
-Adesi antara tablet dan support

BRITTLE FRACTURE INDEX
-Dekompresi dapat mempengaruhi performan tablet
-Performan akibat dekompresi dipengaruhi oleh
kemampuan bahan untuk menahan stres dengan
deformasi plastis tanpa mengalami keretakan
-Kemampuan tersebut adalah fenomena yang
bergantung pada waktu
-Bahan yang dapat menahan stres cepat akan
terhindar dari capping atau laminasi

Brittle fracture index (BFI) adalah perbandingan
kekuatan tensil dengan lubang pada pusat tablet
Dirumuskan: BFI = [(T / To) – 1 (3)

T = kekuatan tensil tablet tanpa lubang
To = kekuatan tensil tablet dengan lubang
Secara teoritis BFI adalah antara 0 – 1 jika faktor
konsentrasi stres = 3
-BFI yang tinggi menunjukkan tablet mudah
capping/laminasi
-BFI dapat digunakan untuk mengkarakterisasi sifat
mekanik tablet
-BFI dipengaruhi oleh konsentrasi dan jenis pengikat,
gaya kompresi dan kecepatan kompresi
Semakin tinggi BFI, tablet semakin rapuh
3. Friabilitas
Adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet bila dijatuhkan pada
suatu ketinggian tertentu
Prosedur
- tablet diambil secara acak sejumlah
6,5 gram utk bobot tablet < 650 mg
atau 10 tablet utk bobot ≥ 650 mg
- Tablet dibersihkan dari debu
kemudian ditimbang (Wo)
- Masukkan & uji (100 x) putaran
- Bersihkan tablet dan timbang (Wt)
- Hitung % friabilitas tablet
% F = (Wo – Wt)/Wo x 100%
Tujuan penetapan = tujuan penetapan kekerasan
Pada umumnya persen friabilitas yang dapat diterima adalah < 1%

4. Friksibilitas
Adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami
gesekan antar sesama
Prosedur
- 20 tablet diambil secara acak
- Tablet dibersihkan dari debu
kemudian ditimbang (Wo)
- Masukkan uji (100 x) putaran
- Bersihkan tablet dan timbang (Wt)
- Hitung % friksibilitas tablet
% F = (Wo – Wt)/Wo x 100%
Tujuan penetapan dan persen yang dapat diterima = uji friabilitas

Persyaratan resmi sediaan tablet
Mengacu pada buku peraturan resmi: FI, farmakope internasional
1. Uji keseragaman sediaan
FI IV, halaman 999-1000
- Meliputi keragaman bobot dan keseragaman sediaan
- Persyaratan keragaman bobot diterapkan untuk tablet yang
mengandung zat aktif 50 mg atau lebih, atau merupakan 50% atau
lebih dari bobot total
Prosedur penetapan keragaman bobot
- Pilih tidak kurang dari 30 tablet.
- Dari 30 tablet tersebut, timbang 10 tablet satu per satu dan hitung
bobot
rata-rata

Uji keseragaman kandungan dilakukan untuk menjamin
bahwa setiap tablet mengandung jumlah zat aktif
sesuai spesifikasi dengan variasi yang kecil dalam
batch

Prosedur penetapan keseragaman kandungan
- Pilih tidak kurang dari 30 tablet.
- Dari 30 tablet tersebut, tetapkan kadar 10 tablet satu per satu
sesuai dengan cara yang tertera pada penetapan kadar dalam
monografi, kecuali dinyatakan lain.
Kriteria
- Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif
dalam
masing-masing 10 tablet terletak antara 85.0% hingga 115.0%
dari
yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif (SDR) lebih
kecil atau sama dengan 6,0%
(
SDR = (SD/rata-rata) x 100%

Dilakukan uji 20 tablet tambahan jika:
a. 1 tablet terletak di luar rentang 85.0% - 115.0% dan tidak ada tablet
yang
terletak antara 75.0% - 125.0%,
b. SDR > 6.0%
c. a dan b tidak dipenuhi

Persyaratan dipenuhi jika
- tidak lebih dari 1 tablet dari 30 tablet ada di luar 85.0% atau 115.0%
- tidak ada 1 tabletpun yang di luar rentang 75.0% atau 125.0%
- SDR tidak lebih besar dari 7.8%

2. Uji waktu hancur (FI IV, halaman 1086)
-Uji waktu hancur dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet digunakan sebagai tablet hisap atau kunyah atau
lepas lambat
-Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa zat akitif atau komponen lain
harus larut sempurna.
-Tablet dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan, yang tertinggal
pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti jelas.

good luck n_n

Formulasi Sediaan Non Steril (Kapsul)

1. PENDAHULUAN
Kapsul (Latin): a small box
(pharmacy): sediaan terbuat dari gelatin mengandung
obat untuk menghasilkan unit dosis terutama
untuk tujuan oral.
Jenis kapsul: kapsul keras dan kapsul lunak

KAPSUL KERAS
J.C. Lehuby 1846 patent Perancis (sirup starch, tapioka)
Bentuk: terdiri dari cap dan body
Pengembangan: - karagen (1847)
- campuran antara karagen dan gelatin (1850)

Keuntungan kapsul keras gelatin:
Ø Formulasi lebih mudah dibanding sediaan tablet.
Ø Massa pengisian kapsul (campuran serbuk, granul, tablet,
semi-solida)
  @ Menghindari inkompatibilitas
  @ Mengontrol pelepasan obat
Ø Fleksibel dalam pengujian klinik
Ø Bioavailabilitas zat aktif lebih baik dari sediaan tablet:
   @ Cangkang kapsul terdisolusi cepat
   @ Tidak ada proses pengempaan
-Elegan
-Mudah dalam penggunaannya
-Smooth, slippery, mudah
mengembang
-Odour and taste masking

Kerugian kapsul keras:
- Proses manufaktur: pemasok cangkang kapsul terbatas
-Proses pengisian massa lambat (vs tablet)
- Tidak cocok untuk z.a higroskopis (potasium asetat):
- Tidak cocok untuk z.a mengiritasi lambung (garam bromida,
iodida, klorida)
-Daya lekat kapsul terhadap esophagus tinggi (vs tablet)
-Water soluble material are difficult to
incorporate
-Moisture sensitive
-Efflorescent material causing
‘softening’
-Deliquescent material causing
‘hardening’

2. PEMBUATAN CANGKANG KAPSUL
- Bahan dasar: gelatin
-Sifat dasar gelatin:
1. Non-toksik
2. Mudah larut dalam cairan fisiologi tubuh
3. Pembentuk film yang baik
4. Penanganan mudah. Energi untuk perubahan reversibel
dari fase sol ke gel rendah
- Pembuatan gelatin:
hidrolisasi kolagen (protein utama jaringan connective:
tulang hewan dan kulit)

Bahan material pembuat cangkang kapsul
1. Larutan gelatin
- air demineralisasi
- campuran air demineralisasi dan glyserol

Sifat fisikokimia:
a. Bloom strength: indikator rigiditas gel
alat pengukur: bloom gelometer
metode: mengukur berat yang diperlukan untuk menekan
plunger pada jarak tertentu di atas permukaan gel
gelatin (6,66% larutan b/b)
penerimaan: kapsul (150 - 280 g)
b. Viskositas
Kriteria penerimaan: 30 – 60 millipoise

2. Plasticizers
Kapsul keras: rigid dan kokoh
Kapsul lunak: fleksibel dan lunak
Bahan: gliserol, sorbitol, propilen glikol, sukrosa, akasia

3. Pewarna
Terbagi 2 jenis: dye (larut air) dan pigmen (tidak larut air)
Dua jenis pigmen: Titanium dioksida (putih, zat pemburam,
proteksi zat aktif terhadap cahaya)
Fe teroksidasi (hitam, merah, kuning)

4. Pengawet
Pencegah kontaminasi mikrobiologi selama manufaktur
Bahan: paraben, sulfur dioksida (Na-metabisulfit, Na-sulfit)

 5. Air
Kandungan lembab kapsul: 12 – 16%
Kandungan rendah à kapsul rapuh, getas
Kandungan tinggi à kapsul lunak, lengket

Proses pembuatan cangkang kapsul1. Dipping
- Pin (cap & body) suhu kamar
- Larutan gelatin (30 – 40% b/b) suhu 50oC
2. Rotation
- Menjamin homogenitas distribusi gelatin
- Menghindari cacat kapsul
- Pin rotasi 2,5 kali
- Pendinginan untuk mengeset film gelatin
3. Drying
- Dehumidifikasi (pemberian udara kering thd pin)
- Pengeringan bertahap untuk menghindari pengerasan film
- Pengeringan terlalu lama à kapsul rapuh
- Pengeringan kurang à cangkang lengket
4. Stripping
- Pembentukan/pemotongan body & cap
5. Strimming
- Pemotongan body & cap siap pakai
6. Joining

Bentuk dan ukuran
Delapan ukuran (000 terbesar sampai 5 terkecil)
Ukuran Volume
(mL)
000 1.37
00 0.95
Bentuk dan ukuran
0 0.68
1 0.50
2 0.37
3 0.30
4 0.21
5 0.13


3. FORMULA KAPSUL
- Berkaitan erat dengan proses pengisian (lubrikasi,
kompresibilitas, fluiditas)
- Mempengaruhi pelepasan obat dari kapsul
Zat aktif
dosis zat aktif < 10 mg jarang diformulasi kapsul
kelarutan zat aktif ~ disolusi ~ absorbsi
mikronisasi zat aktif ~ disolusi zat aktif
ukuran partikel ~ sifat aliran
ukuran kecil à aliran buruk
ukuran kecil à aglomerasi serbuk halus à granulasi!
b. Pengisi
Peningkat massa formulasi
Bahan: Starch, laktosa, dikalsium fosfat, gelatinized starch,
laktosa spray dried, emcompress
c. Glidan
Memperbaiki aliran serbuk
Mekanisme:
- Mengurangi kekasaran dengan pengisian permukaan
yang tidak teratur
- Mengurangi gaya tarik
- Memodifikasi muatan elektrostatik
Konsentrasi: kurang dari 1% (0,25 – 0,5%)
Contoh: silika koloid, starch jagung, talk
d. Lubrikan
- Memudahkan pengeluaran plug
- Mengurangi film pada piston
- Mengurangi lekat pada permukaan logam
- Mengurangi friksi antara permukaan licin dengan massa
Contoh: Mg Stearat
e. Penghancur
Contoh: Acdisol, Primojel, Explotab
f. Surfaktan
- Meningkatkan pembasahan massa serbuk
- Meningkatkan disolusi zat aktif
Contoh: na-lauril sulfat (0,1-0,5%)
g. Hidrofilisasi
Memperbaiki pembasahan zat aktif sukar larut dengan
larutan polimer hidrofilik
Contoh: metil selulosa, hidroksi etilselulosa


4. PENGISIAN KAPSUL
Ø Pengisian kering (serbuk, granul, pelet, tablet)
Ø Pengisian likuida dan semi-solida

PENGISIAN KERING
 Latar belakang
Pengisian serbuk atau granul:
Ø Meningkatkan bioavailabilitas
Ø Alternatif formulasi untuk zat aktif yang tidak dapat
dikompresi
Pengisian pelet:
Ø Menghindari kerusakan proses tabletasi (pelet coating)
Ø Kontrol pelepasan pada campuran pelet
Pengisian tablet (2-3 mini tablet):
Ø Peningkatan penerimaan pasien
Ø Peningkatan efisiensi konsumsi obat

EVALUASI KAPSUL
Ø Standar farmakope:
kontrol kualitas kapsul terkait dengan penggunaan kesehatan
(dosis tepat, absorpsi baik)
Ø Standar industri:
kontrol kualitas cangkang kapsul
(efisiensi proses manufaktur, kepuasan pelanggan)
Standar farmakope:
Ø Bahan baku (zat aktif dan bahan pembantu)
Ø Kualitas produk
- Cangkang kapsul (5 buah)
buka cangkang, tempatkan dlm 100 mL erlenmeyer +
37oC 50 mL air, kocok berulang.
Kapsul terdisolusi dalam 10 menit.
Ø Evaluasi pelepasan za (waktu hancur dan disolusi)

Standar industri
• Standar fisik untuk kapsul
• Ukuran
• Bentuk kapsul
• Kelarutan
Persyaratan American Federal Standard:
Water resistance test: kapsul tetap utuh dalam air bersuhu
25 ± 10C selama 15 menit dan
Acid solubility test: kapsul hancur atau terdisolusi dalam HCl
0,5% b/b bersuhu 36-380C
• Bau
• Cacat pada cangkang kapsul


semoga berhasiill..n_n