Senin, 24 September 2012

ya.. seperti menulis buku :)

Menjalani hidup itu seperti menulis buku. Sampul depannya adalah kelahiran kita, sampul belakangnya kematian kita. Dan kita tidak akan pernah tahu jumlah halaman buku yang akan kita tulis. Bertemu pasangan hidup, berarti menambah satu lembaran baru buku kita. Bagaimanapun, isi buku kita nantinya juga dipengaruhi oleh lembaran baru tersebut. Akan ada banyak orang yang menawarkan lembaran tulisan mereka menjadi bagian dari buku kita. Jangan sampai karena rasa tidak enak hati, ketergesa-gesaan, dan pesona yang memukau, kita salah dalam memilih lembaran baru tersebut. Lembaran seperti apakah yang kita inginkan? Tanyakan kepada hati kita masing-masing, karena hati kita sangat tahu jawabannya.”
– @kuntawiaji

Kamis, 13 September 2012

grow older together..

"As we grow older together, there is one thing that will never change, I will always keep falling in love with you..."
i wish in my future life, i live with someone who i really love and he's love me too.. :')

Kamis, 06 September 2012

"Tak Pernah Padam"

 ( Shandy Sandoro )
 
Senyumanmu masih jelas terkenang
Hadir selalu seakan tak mau hilang dariku ooho dariku

Takkan mudah ku bisa melupakan
Segalanya yang telah terjadi
Di antara kau dan aku,
Di antara kita berdua

Kini tak ada terdengar kabar dari dirimu
Kini kau telah menghilang jauh dari diriku
Semua tinggal cerita antara kau dan aku

Namun satu yang perlu engkau tahu
Api cintaku padamu tak pernah padam,
Tak pernah padam

Takkan mudah ku bisa melupakan
Segalanya yang telah terjadi
Di antara kau dan aku, di antara kita berdua

Kini tak ada terdengar kabar dari dirimu
Kini kau telah menghilang jauh dari diriku
Semua tinggal cerita antara kau dan aku
Namun satu yang perlu engkau tahu
Api cintaku padamu tak pernah padam
Api cintaku padamu wooo ooo yeah

Kini tak ada terdengar kabar dari dirimu
Kini kau telah menghilang jauh dari diriku
Semua tinggal cerita antara kau dan aku
Namun satu yang perlu engkau tahu
Api cintaku padamu tak pernah padam, tak pernah padam

i dedicated this song for y o u.. n_n

bagus.. :)

"Melakukan memang tidak semudah berbicara, tapi jika kita mau berupaya, melakukan akan sama mudahnya seperti berbicara." -a.apryanto-

Ini Seperti Kamu..!!


"Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain,
dan kamu masih mau tersenyum, kemudian mampu  berkata..
... a k u turut bahagia untukmu.."
 buat aku kata-kata itu sangat menyesakkan :((
pernahkah merasakan dicintai seseorang sampai seperti ini?? dan sebaliknya kita merasakan hal yang sama?? tapi karena hal lain seolah sulit skali untuk menjadikan kita (aku dan kamu) bersatu kembali.. hikss sediihhhhh... :')

entah kenapa, seolah pas tepat bahkan sangat tepat skali waktu baca salah satu postingan orang disalah satu blog, dan ngerasa kalo tulisan itu tuh kamu banget sih!! :')
jadi gini katanya ada beberapa hal yang dilakukan seseorang yang bisa dipastikan kalo dia itu emang beneran cinta!

  1. Orang yang mencintai kamu tidak pernah tau alasan kenapa dia mencintaimu, yang dia tau di hati dan matanya hanya ada kamu satu-satunya.
  2. Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya, dihati dan matanya kamu selalu yang terindah walaupun kamu merasa kalau berat badanmu sudah bertambah.
  3. Orang yang mencintai kamu selalu ingin tahu segala kegitan kamu,dan ingin tahu apa saja yang dilakukanmu sepanjang hari ini.
  4. Orang yang mencintai kamu selalu mengirim SMS seperti Selamat Pagi, Take Care, Have Fun dan lainnya,meskipun kamu tidak membalas smsnya karena dengan cara itulah dia menyatakan kata cintanya dengan cara yang berbeda.
  5. Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara dibanding seperti kekasih.
  6. Orang yang mencintai kamu akan selalu ingat hari ulang tahunmu dan memberikan kado walopun dia harus susah payah mencarinya, dan rela untuk bergadang nunggu jam 12 pada saat malam hari ulang tahunmu demi menjadi orang pertama yang ngucapin meskipun lewat sms atau telepon.
  7. Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang dilalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah lupa. karena baginya saat-saat itu ialah saat yang berharga baginya dan saat itu matanya atau perasaanya pasti berkaca karena saat bersamamu seperti itu tak akan terulang.
  8. Jika suatu saat kamu atau dia harus berpindah ke tempat lain, dia akan senantiasa memberikan nasihat agar kamu selalu waspada dengan lingkungan yang mungkin membawa pengaruh kurang baik untukmu. dan jauh dihatinya dia takut kehilanganmu.. "sejauh mana pun kau pergi, kau selalu dekat dihati ini"
  9. Orang yang mencintai kamu selalu ingat setiap kata yang kamu ucapkan, bahkan mungkin kamu sendiri lupa, dia selalu menyematkan segala ucapan yang kamu berikan padanya.
  10. dan jika kamu menjauhkan diri darinya, memberikan respon menolak, dia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupan kamu walopun sebenarnya hal itu membunuhnya.
  11. jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberikan dia kesempatan,dia akan ada karena dia selalu menunggumu sebab dia tidak pernah mencari orang lain selain kamu. senantiasa dia menanti dan menunggumu.
  12. Orang yang begitu mencintaimu, tidak pernah memaksamu untuk memberikan alasan dan sebab, walopun hatinya meronta ingin mengetahui. karena dia tidak ingin kamu merasa terbebani karenanya. Saat kau minta dia pergi, dia pergi tanpa menyalahkanmu, karena dia benar-benar mengerti apa itu cinta.
mengutip dari sini^^

apa beberapa hal diatas sama atau sesuai dengan apa yang kamu rasain dari seseorang terhadap kamu??

"dan jika kamu mendapatkan orang yang seperti dia, melakukan hal-hal yang begitu membuat mu merasa sangat dicintai,, pertahankanlah dia sebisa mungkin.. karena tidak semua orang yang berada disampingmu sekarang seperti halnya dia terhadapmu :)" -Risya Widya-

Rabu, 05 September 2012

Tetes Mata


Risya Widya P
NPM A.081.0019 

Sediaan Tetes Mata
ATROPIN SULFAT

I.                    MONOGRAFI
a.      http://www.cbwinfo.com/Pharmaceuticals/Structures/Atropine.gifAtropin Sulfat/Atropini Sulfas





(C17­H23NO3)2H2SO4.H2O
Atropin sulfat mengandung tidak kurang dari 99,0 persen dan tidak lebih dari setara 101,0 persen dari bis (1R, 3r, 5S) -3 - [(RS) - (3-hydroxy-2-phenylpropionyl) oksi]-8-metil-8-azabicyclo silfat oktan, dihitung dengan substansi anhidrat.
Pemerian        : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, mengembang  di udara kering ; perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Kelarutan        : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih, mudah larut dalam gliserin.
Penyimpanan : simpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Titik Leleh       : 191-1950C
( FI IV hal 115 )



b.      Natrium Chloridum
Nama IUPAC               : Natrium Klorida
Nama lain                   : Garam dapur; halit
Rumus molekul           : NaCl
Massa molar               : 58.44 g/mol
Penampilan                 : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih/berbentuk kristal putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan                    : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol  P, sukar larut dalam etanol (95%) P.
            Densitas                      : 2.16 g/cm3
Titik leleh                    : 801 °C (1074 K)
Titik didih                    : 1465 °C (1738 K)
Kelarutan dalam air    : 35.9 g/100 mL (25 °C)
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup baik.

c.       http://www.thwater.net/cp_img/pro04/1227.gifBenzalkonii Chloridum / Benzalkonium Klorida





Pemerian        : Gel kental atau potongan seperti gelatin, putih atau putih kekuningan. Biasanya berbau aromatic lemah. Larutan dalam air bersa pahit, jika dikocok sangat berbusa dan biasanya sedikit alkali.
Kelarutan        : Sangat mudah larut dalam air dan etanol, bentuk anhidrat mudah larut dalam benzena dan agak sukar larut dalam eter.
Fungsi              : pengawet antimikroba, antiseptik, desinfektan, bahan pensolubilisasi, bahan   pembasah. Benzalkonium klorida adalah senyawa amonium kuarterner yang digunakan dalam formulasi farmasetikal sebagai antimikroba yang dalam aplikasinya sama dengan surfaktan kation lain, seperti cetrimide. Dalam sediaan obat mata, benzalkonium klorida adalah pengawet yang sering digunakan, pada konsentrasi 0,01 % - 0,02 % b/v. Sering digunakan dalam kombinasi dengan pengawet atau eksipien lain, terutama 0,1 % b/v dinatrium edetat, untuk meningkatkan aktivitas mikroba melawan Pseudomonas.
Stabilitas        : higroskopis, bisa dipengaruhi oleh cahaya, udara dan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan temperatur yang lebar dan bisa disterilisasi dengan autoklaf.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat, katun, hidrogen peroksida, hidroksipropil metilcelulosa.
( FI IV hal 130 ) , (Handbook of Pharmaceutical Excipients, page 27)
d.      Dinatrii Edetas/Dinatrium Edetat
http://www.gbiosciences.com/ResearchUploads/ResearchProductsImages/mediumimages/EDTA%20Na2.jpg
C10H14N2Na2O8.2H2O
Pemerian        : Serbuk hablur putih
Kelarutan        : Larut dalam air
Keasaman/ kebasaan : pH = 4.3 – 4.7 untuk 1 % b/v larutan dalam air bebas
karbon dioksida.
Penuruan titik beku : 0,14 °C (1 % b/v larutan berair).
Titik leleh : dekomposisi pada 252 °C untuk dihidrat.
Kelarutan : hampir tidak larut dalam kloroform dan eter; sedikit larut dalam etanol (95 %); larut 1 dalam 11 air.
Viskositas : 1,03 mm3/s (1cSt) untuk 1 % b/v larutan berair.
Penggunaan : Dalam formulasi farmasetikal dinatrium EDTA digunakan sebagai bahan
pengkelat terutama pada konsentrasi antara 0,005 – 0,1 % b/v.
( FI IV hal 329 )

e.                  Aqua Pro Injectione (a.p.i)
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.
Pemerian                                : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Sisa penguapan                       : Tidak lebih dari 0,003% b/v, penguapan dilakukan  diatas tangas air, kemudian dikeringkan pada suhu 105°C selama 1 jam.
Penyimpanan                          : Dalam wadah tetutup kedap. Jika disimpan dalam wadah bertutup kapas berlemak harus digunakan  dalam waktu 3 hari setelah pembuatan.
Khasiat & penggunaan            : Untuk pembuatan injeksi.


II.                  FORMULA
Atropini Sulfat                         1%
Natrium Chloridum                 0,01%
Benzalkanii Chloridum            0,05%
Dinatrii Edetas                                    0,65%
Aqua Pro Injectione

III.                PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
1.      Perhitungan
Tonisitas :
a.      Kelengkapan
Zat
∆tb
C
Atropin Sulfat
0,073
1
Benzalkanii Chloridum
0,091
0,01
Dinatrii Edetas
0,132
0,05

b.      Perhitungan
w   =
      =
 = 0,763 % (hiporonis)





2.      Penimbangan
Bahan
Satuan Dasar
Volume Produksi
10 mL/Vial
2 Vial/27 mL
Atropin Sulfat
100 mg
270 mg
NaCl
76 mg
205,2 mg
Dinatrii Edetas
5 mg
13,5 mg
Benzalkanii Cl
1 mg
2,7 mg


IV.               PEMBAHASAN
Pada praktikum steril kali ini dibuat sediaan obat tetes mata dengan bahan aktif atropin sulfat. Digunakan bentuk garam dari atropine ini, agar dapat mudah larut dalam pembawa air. Obat tetes mata sebaiknya dalam bentuk larutan agar dapat dengan mudah berpenetrasi dan bercampur dengan cairan lakrimal mata.
Dalam pembuatan obat sterilisasi tetes mata merupakan sesuatu yang penting. Apabila larutan mata yang dibuat tidak steril maka dapat membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Akan menjadi berbahaya penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka karena bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata. Pada formulasi obat tetes mata yang kami buat digunakan beberapa bahan tambahan selain pelarut API, yaitu Benzalkanii Chloridum, Natrium Chloridum, dan Dinatrii Edetas.
Walaupun Obat tetes mata yang dibuat sudah steril tetapi perlu penambahan pengawet karena obat tetes mata yang dibuat digunakan dalam multiple dose, sehingga besar kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba dari udara saat Obat Tetes mata dibuka ketika akan digunakan. Pengawet dalam Obat tetes mata harus memenuhi syarat yaitu efektif dan efisien (harus aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa), tidak berinteraksi dengan zat aktif dan eksipien lain, tidak iritan terhadap mata dan tidak toksik. Pengawet yang dipilih adalah benzalkonium klorida karena efektif dalam dosis rendah (dalam OTM = 0,01 – 0,02 %), sangat aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa, reaksi antimikrobanya cepat dan stabilitas tinggi pada rentang pH lebar, tetapi masih kompatibel dengan zat aktif dan eksipien lain.
Dinatrium edetat digunakan sebagai agen pengkelat untuk mengikat ion logam-logam yang berasal dari wadah gelas, selain itu wadah gelas berkapur dapat membebaskan logam yang dapat mengkatalisis hidrolisis zat aktif seperti benzalkonium klorida, karena benzalkonium klorida dapat dipengaruhi oleh logam sehingga menjadi tidak stabil, selain itu preparat mata juga tidak boleh mengandung logam.
NaCl digunakan untuk membuat larutan menjadi isotonis, sehingga tonisitas larutan obat sama dengan tonisitas cairan mata sehingga tidak menimbulkan rasa perih saat penggunaaan dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Idealnya pH sediaan tetes mata sama dengan pH cairan mata, yaitu 7,6. Akan tetapi banyak obat mata yang belum larut sempurna pada pH tersebut sehingga adanya toleransi pH untuk sediaan tetes mata. Rentang pH obat tetes mata sangat lebar yaitu 4,5-9 dikarenakan adanya cairan  mata yang dapat membantu menetralisir pH.
Metode yang kami gunakan adalah cara aseptic. Walaupun Atropine Sulfat merupakan termostabil (tahan panas) tetapi sediaan tetes mata ini menggunakan kemasan plastic sehingga pemilihan metodenya menjadi aseptis. Selain berdasarkan kemasan, pemilihan metode aseptis juga karena sediaan tetes mata ini merupakan obat multiple dose sehingga ditambahkan pengawet.
Pengerjaan sterilisasi metode aseptis dilakukan dalam ruang bersih kelas A dengan latar belakang kelas B.  Dalam pembuatannya di ruang kelas A harus dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow). LAF ini memiliki kecepatan udara 0,36-0,54 m/detik karena apabila kurang dari 0,36 m/detik maka partikel tidak bisa terbawa dan tidak boleh lebih dari 0,54 m.detik menghindari terjadinya udara tubuler sehingga akan menimbulkan kontaminasi.




V.                 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. The United States Pharmacopeia. Vol 2. Port City Press, Baltimore
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Reynolds, James E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoiea. Twenty-eighth Edition. Pharmaceutical Press : London.
Rowe, Raymond. C, Sheskey, Paul J, and Owen Sian C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Fifth edition. Pharmaceutical Press : London.

Sediaan Injeksi TESTOSTERON PROPIONAT


Sediaan Injeksi
TESTOSTERON PROPIONAT
Nomor Batch : 0505111
Tanggal : 01 Juni 2011
Disusun Oleh
Disetujui Oleh
Risya Widya Pratiwi

Kode Produk
Nama Produk
Volume Produk
Bentuk
Kemasan
Waktu Pengolahan

Testoron
10 mL
Larutan Minyak
Vial
08.30 – 12.00


I.                   MONOGRAFI
a.                 File:Testosterone propionate.pngTestosteroni Propionas / Testosteron Propionat





C22H32O3                                                                                                         BM 344,49
Definisi                       : mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak lebih dari 103,0 % 3-Oxoandrost-4-en-17β-yl propanoate (Bahan Kering). (European Pharmacopeia, 2005. Halm : 2545)
Pemerian                     : Hablur atau serbuk hablur, putih atau putih krem, tidak berbau dan stabil di udara. (Farmakope IV, halm : 775)
                                    Bubuk putih atau hampir putih atau kristal tak berwarna, praktis tidak larut dalam air, bebas larut dalam 
aseton, dalam alkohol dan dalam metanol, larut dalam minyak lemak. (British Pharmacopeia, 2009)
Kelarutan                    : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam dioksan, dalam eter dan dalam pelarut organic lain, larut dalam minyak nabati. (Farmakope IV, halm : 775)
Titik Leleh                   : 119° - 123° C. (British Pharmacopeia, 2009)
Penggunaan                 :pengobatan hipogonadisme membutuhkan hingga 50 mg dua kali atau 3 kali seminggu.  Untuk perawatan paliatif dari operasi neoplasma payudara 100 sampai 300 mg seminggu diberikan dalam dosis terbagi. Testosteron propionate juga diberikan sebagai tablet bukal pada dosis 5 sampai 20 mg per hari. Dosis 200 mg sehari diberikan untuk operasi payudara neoplasma wanita menopause. Tablet Bukal kadang digunakan untuk pembesaran payudara postpartum dalam dosis 40 mg sehari. (Martindale, 1982. Halm 1438)
Wadah penyimpanan  : dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari cahaya. (Farmakope IV, halm : 775)
                                    Simpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. (British Pharmacopeia, 2009)
Incompatibilitas          : Dengan alkali dan senyawa oksidator. (Martindale, 1982. Halm 1438)
           

b.                Oleum Arachidis
Minyak kacang adalah minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh pemerasan biji Arachis hypogea L yang telah dimurnikan. (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)

Nama   Nonproprietary            :
British Pharmacopeia              : Arachis oil 
Japanesse Pharmacopeia         : Peanut Oil 
European Pharmacopeia          : Arachidis Oleum Raffinatum 
USPNF                                   : Peanut Oil
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)                          
Nama Sinonim            : Aextreff CT, minyak earthnut, minyak kacang tanah, minyak katchung, minyak kacang. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)
Pemerian                     : minyak kacang tanah adalah cairan berwarna kuning atau kuning pucat yang memiliki bau dan rasa samar, hampir tidak berasa. Pada sekitar 38°C menjadi berembun, dan pada suhu yang lebih rendah itu sebagian membeku. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)
Penggunaan                 : Pelumas Kendaraan, Pelarut. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)
Arachis minyak memiliki sifat serupa dengan minyak zaitun dan digunakan untuk tujuan yang sama. emulsi mengandung minyak Arachis dan dekstrosa telah diberikan dalam infuse intragastric kontinu sebagai bagian dari diet nitrogen bebas. (Martindale, 1982. Halm 695)
Zat pembawa, zat pelarut (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)

Stabilitas                     : Minyak kacang tanah merupakan bahan dasarnya stabil. Namun pemaparan pada udara perlahan-lahan dapat menebal dan dapat menjadi tengik. Pemadatan minyak kacang harus benar-benar meleleh dan dicampur sebelum digunakan.Minyak kacang tanah dapat disterilkan dengan penyaringan aseptik atau dengan panas kering, misalnya, dengan mempertahankan itu pada 150°C selama 1 jam. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)
Bilangan Iodin            : 85 sampai 105 (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)
Bilangan Asam            : Tidak lebih dari 0,5. (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)
Bilangan Penyabunan : 188 sampai 196. (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)
Penyimpanan               : Minyak Kacang tanah harus disimpan dalam wadah baik kedap udara, lightresistant,. Pada suhu tidak melebihi 40°C . Materi yang ditujukan untuk digunakan dalam bentuk sediaan parenteral harus disimpan dalam wadah kaca. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)
Incompatibilitas          : Minyak kacang tanah mungkin disaponifikasi oleh hidroksida alkali. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)


II.                FORMULA
Testosterone Propionat           11,9 mg
Oleum Arachidis


III.             PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
1.      Perhitungan
1)      C testosterone propionat diperoleh dari perhitungan :
C         =  x C Testosteron
                  =  x 10 % = 11,9 %

2)      Perhitungan Volume Produksi
Vial     = n.c + 6 mL
            = 1.10 + 6 mL
            = 16 mL

2.      Penimbangan
Bahan
Satuan Dasar
Volume Produksi
1 mL
16 mL
Testosteron Propionat
11,9 mg
190,4 mg


IV.             PEMBAHASAN
Pada praktikum yang dilakukan pada tanggal 01 Juni  2011 dibuat sediaan injeksi dengan menggunakan Testosteron Propionat sebagai zat berkhasiatnya. Adapun formulanya, yaitu :
Testosterone Propionat                       11,9     mg
Oleum Arachidis                     add      16        mL

Pemilihan testosterone propionat sebagai zat aktif ini karena testosterone propionate walaupun tidak dapat larut air tetapi dapat larut dalam minyak nabati sehingga dapad dibuat dalam bentuk sediaan injeksi intramuskular. Berbeda dengan testosterone propionate, testosterone tidak dapat larut air, alkohol, maupun minyak nabati. Dilihat dari kelarutannya maka untuk membuat sediaan testosteron dapat dibuat sediaan oral tetapi hambatannya adalah tidak dapat diberikan secara oral karena oleh bakteri usus gugus 17ß-hidroksi akan dioksidasi menjadi 17ß-keto yang tidak aktif. Selain itu testosteron mempuyai waktu paruh pendek karena dapat cepat diserap dalam saluran cerna dan cepat mengalami degradasi hepatik. Karena hal ini maka menggunakan derivat testosteron, yaitu testosterone propionate yang mempunyai awal kerja cepat dan masa kerja yang lebih pendek dibanding derivat-derivat testosteron lain.
Injeksi testosterone memiliki konsentrasi 10mg/mL yang bertujuan untuk memenuhi kekurangan tubuh terhadap hormone testosterone. Berdasarkan literatur, testosteron memiliki pH stabil antara 4-7,5. pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 dan disebut isohidri. Karena tidak semua bahan obat steril pada pH cairan tubuh, pH harus berada di antara rentang 4-7,5 bertujuan untuk mencegah terjadinya rangsangan/rasa sakit pada saat disuntikkan. Jika pH >9 dapat menyebabkan nekrosis jaringan (jaringan menjadi mati), sedangkan jika pH <3 adanya="adanya" dalam="dalam" dan="dan" disuntikkan.="disuntikkan." ditambahkan="ditambahkan" i="i" ini="ini" intramuskular="intramuskular" itu="itu" karena="karena" kestabilan="kestabilan" lebar="lebar" maka="maka" masuk="masuk" menimbulkan="menimbulkan" merupakan="merupakan" pada="pada" pendapar.="pendapar." pengawet="pengawet" perlu="perlu" ph="ph" phnya="phnya" rasa="rasa" rentang="rentang" saat="saat" sakit="sakit" sediaan="sediaan" selain="selain" style="mso-bidi-font-style: normal;" tambahan="tambahan" testosterone="testosterone" tidak="tidak" tubuh="tubuh">single dose
.
Dalam sediaan injeksi intramuskular ini tidak perlu adanya tambahan zat pengisotonis karena sediaan ini dalam bentuk larutan minyak yang tidak memiliki titik beku. Karena bentuknya yang merupakan larutan minyak maka pemberiannya intramuskular karena apabila intravena maka akan terjadi penimbunan yang akhirnya pembuluh darah bisa menjadi tersumbat.
Dari sediaan yang telah di buat pada praktikum kali ini, kita membuat injeksi testosteron yang tanpa menggunakan bahan tambahan lain selain pelarut sediaan,  pelarut non air atau sediaan injeksi pembawa minyak dan zat aktif testosterone sangat larut baik dalam minyak nabati, minyak nabati yang dipilih harus memenuhi persyaratan oleum pro injection. Persyaratan oleum pro injection, diantaranya:
1.      Harus jernih pada suhu 100.
2.      Pemeriaan, syarat kelarutan, sisa pemijaran, minyak mineral, minyak harsa, senyawa belerang, logam, memenuhi syarat yang tertera pada olea pinguia.
3.      Bilangan asam tidak kurang dari 0,2 dan tidak lebih dari 0,9
4.      Bilangan iodium tidak kurang dari 79 dan ridak lebih dari 128.
5.      Bilangan penyabunan tidak kurang dari 185 dan tidak lebih dari 200
Dalam sediaan ini pemilihan pelarutnya adalah oleum arachidis. Hal ini karena Oleum arachidis memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai oleum pro injection yang disebutkan sebelumnya. Oleum Arachidis memiliki bilangan asam tidak lebih dari 0,5, bilangan iodine 85 sampai 105, dan bilangan penyabunan 188 sampai 196.  Sebelum sediaan dimasukan kedalam vial, terlebih dahulu harus dilakukan proses penyaringan atau filtrasi dengan menggunakan kain kasa, filtrasi ini dilakukan dengan tujuan agar sediaan yang berada didalam ampul tidak mengandung partikel kasar setelah proses filtrasi.
Vial yang telah berisi sediaan kemudian ditutup sementara dan dimasukan kedalam oven selama 1jam dengan suhu 1500C. kemudian setelah itu vial ditutup dengan penutup karet secara aseptik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadi cemaran kuman hingga seminimal mungkin.
Pemilihan ini berdasarkan bahan-bahan dalam formula ini terutama zat aktif yang bersifat stabil terhadap pemanasan. Sterilisasi menggunakan sterilisasi panas kering karena apabila menggunakan autoklaf maka kemungkinan akan ada uap air yang masuk dalam sediaan. Kemungkinan ini dapat menurunkan stabilitas atau merusak sediaan yang dibuat. Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian di tutup kedap, atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah pencemaran. Wadah yang tertutup sementara kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik. Wadah yang digunakan adalah vial kaca bening. Hal ini salah karena sediaan ini harus terlindungi dari cahaya untuk menghindari kerusakan sediaan oleh cahaya dengan adanya proses oksidasi. Seharusnya wadah yang digunakan adalah vial berwarna coklat karena testosterone propionat inkompatibilitasnya terhadap senyawa oksidator atau dapat teroksidasi terhadap cahaya.












V.                LAMPIRAN

1)                  Aspek Farmakologi
Indikasi                 : Defisiensi androgen (hipogonadisme,hipogonadotropin), Keterlambatan pubertas pada pria, kanker payudara (karsinomamae).
Kontraindikasi      : Karsinoma prostat.
Efek Farmakologi : Testosteron adalah zat androgen utama yang disintesa dalam testis, ovarium dan ginjal. Sel-sel leydig (sel-sel interstitium) dari testes distimulasi oleh LH untuk menghasilkan testosteron sebanyak 2,5-11 mg/hari. Sintesa testosteron diregulasi oleh FSH dan LH dari hipofisis, yang juga menstimulasi pertumbuhan testes dan pembentukan sel-sel mani (spermatogenesis). LH bereaksi dengan sel-sel leydig dengan efek peningkatan produksi C-AMP yang berakibat dimulai reaksi enzimatis: asetat" kolesteron " testosteron
Dosis dan cara pemberian : 10 mg/hari secara IM.
Efek samping        : Maskulinasi terjadi pada perempuan, feminisasi terjadi pada pria, penghambatan spermatogenesis, hiperplasia prostat (pada laki-laki usia lanjut merangsang pembesaran prostat), gangguan pertumbuhan, udemi ikterus (hepatitis kolestatik), hiperkalsemia dapat timbul pada perempuan penderita karsinoma payudara yang diobati dengan androgen.
Interaksi obat        : Zat androgen meningkatkan efek antikoagulan (kumarin idandion) sehingga perlu penerunan dosis antikoagulan untuk mencegah pendarahan, metandrostenolon menaikan efektifitas dan efek toksik kortikosteroid. Anabolik steroid dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes melitus sehingga kebutuhan akan obat antidiabetik menurun.


2)                  Etiket
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


K
 


Jl. Soekarno Hatta 354 Parakan Resik
No Batch : 0505111
                                                                         Nama Dagang : Testoron
                                                                         Vial 10 mL
                                                                         Injeksi Intramuskular

Mengandung                          Testosteron         10 mg/mL

Exp. Date : Mei 2013
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KOCOK DAHULU










3)                  Brosur


Diproduksi oleh:
Ӂ                                                  
       FITO Farma
       Bandung-Indonesia

TESTORON
Testosteron
Injeksi intramuscular

Komposisi:
Tiap ml mengandung:
Testosteron.................             10 mg

Indikasi:
Defisiensi androgen (hipogonadisme,hipogonadotropin), Keterlambatan pubertas pada pria, kanker payudara (karsinomamae).

Kontraindikasi:
Karsinoma prostat.

Farmakologi:
Testosteron adalah zat androgen utama yang disintesa dalam testis, ovarium dan ginjal. Sel-sel leydig (sel-sel interstitium) dari testes distimulasi oleh LH untuk menghasilkan testosteron sebanyak 2,5-11 mg/hari. Sintesa testosteron diregulasi oleh FSH dan LH dari hipofisis, yang juga menstimulasi pertumbuhan testes dan pembentukan sel-sel mani (spermatogenesis). LH bereaksi dengan sel-sel leydig dengan efek peningkatan produksi C-AMP yang berakibat dimulai reaksi enzimatis: asetat" kolesteron " testosteron

Dosis dan cara pemberian:
10 mg/hari secara IM.

Aturan pakai:
Hipogonadisme dan keterlambatan pubertas pada laki-laki 50-400 mg setiap 2-4 minggu. Kanker payudara 200-400 mg setiap 2-4 minggu.

Efek samping:
Maskulinasi terjadi pada perempuan, feminisasi terjadi pada pria, penghambatan spermatogenesis, hiperplasia prostat (pada laki-laki usia lanjut merangsang pembesaran prostat), gangguan pertumbuhan, udemi ikterus (hepatitis kolestatik), hiperkalsemia dapat timbul pada perempuan penderita karsinoma payudara yang diobati dengan androgen..

Interaksi obat:
Zat androgen meningkatkan efek antikoagulan (kumarin idandion) sehingga perlu penerunan dosis antikoagulan untuk mencegah pendarahan, metandrostenolon menaikan efektifitas dan efek toksik kortikosteroid. Anabolik steroid dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes melitus sehingga kebutuhan akan obat antidiabetik menurun.

Perhatian:
Apabila terbentuk kristal dapat dilakukan pengocokan vial sehingga kristal dapat larut kembali.

Penyimpanan:
Simpan ditempat sejuk dan kering pada suhu 20°-25°C dan terlindung dari cahaya.

Kemasan:
Dus, 1Vial Berisi 10 ml.


No Reg     :DKL 1110011133A1
No Batch  :0505111
Exp Date  :Mei 2013



































 
 






























4)                  Kemasan




 




























VI.             DAFTAR PUSTAKA


British Pharmacopeia Commission . 2009. British Pharmacopeia. Vol 1. The Stationery Office, London
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Council of Europe. 2005. European  Pharmacopeia Fifth Edition. Council Of Europe, Strasbourg
Reynolds, James E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoiea. Twenty-Eigth Edition. Pharmaceutical Press : London.
Rowe, Raymond. C, Sheskey, Paul J, and Owen Sian C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Fifth edition. Pharmaceutical Press : London.