OLIGOSAKARIDA
Oligosakarida
merupakan gabungan dari molekul-molekul monosakarida yang jumlahnya antara 2
(dua) sampai dengan 8 (delapan) molekul monosakarida. Sehingga oligosakarida
dapat berupa disakarida, trisakarida dan lainnya. Oligosakarida secara
eksperimen banyak dihasilkan dari proses hidrolisa polisakarida dan hanya
beberapa oligosakarida yang secara alami terdapat di alam. Oligosakarida yang
paling banyak digunakan dan terdapat di alam adalah bentuk disakarida seperti
maltosa, laktosa dan sukrosa.
Sering terjadi
salah kaprah dalam mengenal definisi gula, karena umumnya gula bagi masyarakat
adalah gula pasir. Padahal gula pasir adalah suatu disakarida. Molekul
disakarida yang disusun oleh dua molekul monosakarida yang dihubungkan oleh
ikatan glikosida.
Ikatan
glikosida terjadi dari kondensasi gugus hidroksil dua molekul monosakarida,
yaitu berasal dari gugus hidroksil dari atom Carbon yang pertama dengan salah
satu gugus hidroksil pada atom karbon nomor 2, 4, atau 6, yang berasal dari
monosakarida yang kedua.
Kita ambil
contoh bagaimana sebuah α–D–Glukosa dan β–D–Glukosa membentuk disakarida, Pada
kedua molekul ini ikatan glikosida atom karbon nomor 1 dari α- D-glukosa dan
atom karbon nomor 4 dari β-D-glukosa lain. Ikatan yang terbentuk dinamakan
ikatan 1- 4 glikosida, perhatikan Bagan 14.12. Secara umum reaksi ini dapat
digambarkan dengan sederhana dengan pola reaksi berikut ini:
Bagan 14.12. Ikatan glikosida pada
molekul maltosa
Pembentukan
ikatan glikosida merupakan jembatan oksigen yaitu R-OR, reaksi ini juga selalu
diikuti dengan pelepasan molekul air.
Disakarida yang
banyak terdapat di alam seperti maltosa yang terbentuk dari 2 molekul glukosa
melalui ikatan glikosida. Pada maltosa, jembatan oksigen terbentuk antara atom
karbon nomor 1 dari D-glukosa dan atom karbon nomor 4 dari D-glukosa lain.
Ikatan yang terbentuk dinamakan ikatan α (1→4) glikosida, secara lengkap
dinyatakan dengan β-D-glukopiranosil (1→4)E-D-glukopiranosa. Dalam bentuk
sederhana Glc(α1↔4β)Glc, perhatikan lagi Bagan 14.12. Maltosa diperoleh dari
hasil hidrolisa pati dan banyak dimanfaatkan sebagai pemanis.
Sukrosa (gula
pasir) terbentuk dari satu molekul α-D-glukosa dan β-D-fruktosa, yaitu
β-D-fruktofuranosil (2→1) α-D-glukopiranosa atau Fru(α2↔1β)Glc seperti yang
ditunjukan pada Gambar 14.13.
Gambar 14.13. Ikatan glikosida pada
molekul sukrosa
Sukrosa biasa
diperoleh di alam sebagai gula tebu dan gula bit. Khususnya pada pada ekstrak
gula dari bit, sukrosa tidak murni melainkan bercampur dengan oligosakarida
yang lain seperti rafinosa dan stakiosa.
Secara alami,
laktosa terdapat pada air susu dan sering disebut dengan gula susu. Molekul ini
tersusun dari satu molekul D-glukosa dan satu molekul D-galaktosa melalui
ikatan β(1→4) glikosidik, untuk struktur ikatannya dapat dilihat pada Gambar
14.14. Laktosa yang terfermentasi akan berubah menjadi asam laktat. Dalam tubuh
Laktosa dapat menstimulasi penyerapan kalsium.
Gambar 14.14. Ikatan glikosida pada
molekul laktosa.
Monosakarida
dan oligosakarida serta poli alkohol lainnya umumnya memiliki rasa manis.
Sukrosa memiliki rasa manis dan terasa nyaman di lidah kita, walaupun kita
menggunakannya dalam konsentrasi tinggi. Berbeda dengan β–D mannosa memiliki
terasa manis dan pahit. Sedangkan gentiobiosa memiliki rasa pahit.
Bahan untuk
pemanis yang sering digunakan oleh industri adalah sukrosa, starch syrup
(campuran glukosa, maltosa dan malto oligosakarida), glukosa, gula invert,
fruktosa, laktosa dan gula alkohol (sorbitol, mannitol, xylitol). Jika kita
membandingkan rasa manis diantara molekul oligosakarida dan monosakarida,
apabila kita gunakan standart 100 adalah sukrosa maka dapat kita susun tabel
tingkat kemanisan sebagai berikut.
Tabel 14.1 Tingkat Kemanisan Relatif
beberapa Gula terhadap Sukrosa.
Oligosakarida
merupakan komponen makanan fungsional yang paling popular di Jepang.
Oligosakarida adalah karbohidrat sederhana, banyak dikonsumsi dalam bentuk
minuman ringan, biskuit, gula-gula/bonbon, dan produk susu. Oligosakarida
fungsional adalah polisakarida pendek dengan struktur kimia yang unik sehingga
tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pada percernaan manusia. Jadi, seperti
serat pangan, akhirnya akan sampai di dalam usus besar. Dengan demikian, akan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri bifidobacteria yang
menguntungkan di dalam usus besar (kolon), sehingga oligosakarida disebut
sebagai prebiotik. Manfaat dari konsumsi oligosakarida ialah karena
oligosakarida dapat meningkatkan populasi bifidobacteria dalam kolon.
Dengan peningkatan jumlah bakteri ini, akan menekan pertumbuhan bakteri
pembusuk yang merugikan, yakni Escherichia coli dan Streptococcus
faecalis. Efek yang sama juga dapat dicapai dengan mengkonsumsi produk
makanan yang mengandung bakteri asam laktat dalam keadaan hidup seperti Yogurt,
yang disebut probiotik. Bakteri asam laktat dan sejenisnya relatif tahan
terhadap asam lambung sehingga dapat sampai di kolon, dan selanjutnya akan
menekan pertumbuhan bakteri yang merugikan.
Metabolit-metabolit
toksis hasil fermentasi protein yang mencapai kolon oleh bakteri pembusuk dalam
kolon meliputi ammonia dan senyawa amina (toksis terhadap hati), nitrosamin,
fenol dan kresol, indol dan skatol (karsinogen) asam-asam empedu sekunder
(karsinogen pada kolon), estrogen (karsinogen pada payudara), dll. Pada
dasarnya, senyawa-senyawa nitrogen ini bersifat basa. Karena 40-50% padatan
feses adalah bakteri, jumlah metabolit toksis hasil fermentasi ini tidak boleh
diabaikan. Berdasarkan laporan hasil penelitian, dalam setiap 300 g feses basah
terdapat 186 mg ammonia; 1,4 mg fenol; 12,2 mg para-kresol; 8,5 mg indol; dan
3,3 mg skatole. Juga terbentuk N-dimetilnitrosamin sekitar 0,067-0,67 mg per
hari per 75 kg berat badan. Jumlah ini hanya 10-100 kali lebih kecil dari dosis
karsinogenik pada tikus. Bakteri-bakteri yang terlibat dalam pembentukan
zat-zat toksis ini melalui fermentasi adalah bakteri pembusuk Escherichia
coli, Clostridia, Streptococcus faecalis, dan Proteus.
Bakteri pembusuk ini biasanya tidak suka dalam kondisi yang asam10,15,16.
Secara fisiologis, oligosakarida dapat mencegah penyakit kanker dan
meningkatkan kesehatan melalui beberapa mekanisme.
Peningkatan
jumlah bifidobakteria sesudah mengkonsumsi oligosakarida akan terjadi.
Selanjutnya, akan mencegah pertumbuhan bakteri patogen yang masuk dari luar
tubuh dan bakteri saluran pencernaan yang merugikan. Karena, konsumsi
oligosakarida akan memproduksi asam lemak rantai pendek (terutama asam asetat
dan asma laktat dengan perbandingan 3:2) dan kemampuan untuk menghasilkan zat yang
bersifat sebagai antibiotik. Hampir semua zat yang diproduksi oleh bakteri
bersifat asam sebagai hasil fermentasi karbohidrat oligosakarida. 15,16,17
Dengan terbentuknya zat-zat antibakteri dan asam maka pertumbuhan bakteri
patogen seperti Salmonella dan E. Coli akan dihambat. Bifidin,
suatu antibiotik yang dihasilkan oleh Bifidobacterium bifidum, sangat
efektif melawan Shigella dysenteria, Salmonella typhosa, Staphylococcus
aureus, E. Coli, dan bakteri lainnya. 10,15,16 Konsumsi oligosakarida akan
mengurangi metabolit toksis dan enzim-enzim yang merugikan. Dengan konsumsi 3-6
g oligosakarida per hari,, akan mengurangi senyawa-senyawa toksis yang ada
dalam usus dan enzim-enzim yang merugikan sebanyak 44,6% dan 40,9%,
masing-masing selama tiga minggu.15
Konsumsi produk
makanan yang mengandung bifidobakteria seperti Yogurt (disebut sebagai probiotik),
dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen. Melalui pembentukan asam lemak
pendek dalam jumlah yang tinggi dari oligosakarida oleh bifidobakteria, juga
mencegah konstipasi dengan merangsang peristaltis usus melalui peningkatan
kandungan air feses akibat adanya tekanan osmosis. Penurunan metabolit toksis
oleh oligosakarida atau konsumsi bifidobakteria (probiotik) akan meringankan
beban bahan toksis dalam hati yang berarti melindungi hati.10,15,16 Bird16
melaporkan bahwa suplementasi oligosakarida sebanyak 4 gram per hari selama 25
hari akan mengurangi risiko kanker. Kombinasi dari probiotik dan prebiotik akan
bersifat sinbiotik. Penurunan kadar kolesterol oleh oligosakarida diduga karena
perubahan mikroflora usus. Bakteri Lactobacillus (bakteri asam laktat)
diketahui akan menurunkan kolesterol darah karena dapat mencegah absorbsi
kolesterol dari usus. Bifidobacteria juga mampu untuk menghasilkan
niasin juga memberi kontribusi terhadap penurunan kolesterol ini. Mekanisme
kerja oligosakarida dan serat terlarut tidak jauh berbeda, kecuali
oligosakarida tidak aktif secara fisis.
Beberapa
makanan secara alamiah mengandung oligosakarida. Misalnya, frukto oligosakarida
(FOS) dapat ditemukan dalam bawang, bawang putih, asparagus, dan kacang kedelai
mengadung soybean oligosakarida. Akan tetapi, melalui makanan setiap hari tidak
mungkin dapat memenuhi jumlah oligosakarida yang dianggap berkhasiat untuk
mencegah penyakit seperti diuraikan di atas, maka konsumsi tambahan diperlukan
untuk dapat berfungsi mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Misalnya,
frukto oligosakarida (FOS) ditambahkan ke dalam susu bubuk untuk balita sebagai
prebiotik. Prebiotik dapat diperoleh dari Yogurt dan produk sayur asinan.
Lipid
A
Lipid A adalah glikolipid yang bertanggung jawab atas
aktivitas endotoksin LPS dan atas kemampuan LPS menjadi aktivator poliklonal.
Pada enterobakteria, ia terdiri dari sebuah disakarida glukosamin berkait beta
yang disubstitusi – biasanya berkait (1 ke 6), namun tampaknya berkait (1 ke
4), misalnya dalam strain Escherichia coli ; disakaridanya sepenuhnya
diganti dengan sejumlah ansam lemah jenuh berantai panjang (C12-16)
termasuk asam 3-hidroksi, biasanya asam 3-hidroksimyristik, fosfat, dan
oligosakarida inti (terkait dengan posisi C-6 dari residu glukosamina non
reduksi). Pada banyak enterobakteria, asam lemak hidroksi ter asilasi 3-O
untuk membentuk residu asam 3-myristoksimyristik. Variasi dalam struktur Lipid
A terjadi di bakteri lainnya: misalnya dalam bakteri fotosintetik tertentu,
disakarida glukosamina digantikan dengan sebuah monomer diaminoheksosa
(misalnya 2,3-diamino-2,3-dideoksiglukosa pada Rhodopseudomonas viridis);
asam 3-hidroksimyristik tidak ada misalnya dalam strain Brucella; asam
lemak 2-hidroksi ada pada misalnya strain Pseudomonas aeruginosa.
Termoplasma
lipopolisakarida
Oligosakarida
inti
Oligosakarida inti adalah oligosakarida kompleks yang
biasanya berkait dengan lipid A lewat 2-keto-3-deoksioktonat (KDO). Pada
enterobakteria seperti S. typhimurium, inti tampaknya mengandung dimer
KDO. Strain K12 E. coli tampak memiliki inti sama dengan S.
typhimurium, sementara strain B memiliki inti yang hanya mengandung
glukosa, heptosa dan KDO. Pada P. aeruginosa inti mengandung
glukosa, heptosa, KDO, rhamnosa, galaktosamin dan alanin. Bakteri tertentu
(misalnya strain Bacteroides) tampaknya tidak memiliki KDO dan heptosa.
Struktur
Lipopolisakarida
Rantai
spesifik-O
Rantai spesifik-O atau rantai sisi O adalah bagian
imunodominan dari molekul LPS di sel bakteri yang bertemuan. Ia mengandung
rantai yang panjangnya berbeda-beda. Rantai ini memiliki sub unit oligosakarida
identik (linier atau bercabang); sejumlah sub unit dapat beraneka ragam bahkan
dalam sel yang sama. Pada serotipe Salmonella tiap sub unit
oligosakarida mengandung residu 3, 4, atau 5 monosakarida (termasuk heksosa,
pentosa, 6-deoksiheksosa, dan 2,6-dideoksiheksosa). Rantai spesifik-O
menentukan spesifikasi antigen O dari serotipe, spesifikasi antigenik ini
ditentukan oleh keberadaan gula tertentu (misalnya abequosa, colitosa,
paratosa, atau tyvelosa), dengan posisi ikatan glikosidik (misalnya 1 ke 4 atau
1 ke 6), dengan konfigurasi anomerik (alfa atau beta) dari ikatan glikosidik,
dengan pengganti (misalnya grup asetil) pada residu gula, dan sebagainya.
Ekstraksi
LPS
LPS tampaknya berikatan di selaput luar dengan ikatan
hidrofobik dan kation divalen. Penelitian sebelumnya yang menunjukkan jembatan
pyrofosfat antara moieties lipid A tampaknya mendapatkan sedikit dukungan
eksperimental. Sebuah proporsi LPS dapat diekstrak dari sel dengan campuran
fenol-air (sekitar 45% fenol dalam air); sebuah kompleks LPS-protein (antigen
Boivin) dapat di ekstrak dengan memberlakukan sel dengan asam trikloroasetik
(TCA).
Biosintesis
LPS
Sebagian besar studi biosintesis LPS dilakukan pada S.
typhimurium. LPS dirakit di selaput sitoplasma, dan molekul LPS yang telah
lengkap segera dikirim ke selaput luar – tampaknya di lokasi terbatas yang
berkaitan dengan lokasi adesi. Lipid A dibuat dari glukosa 1-fosfat lewat
intermediat monosakarida seperti 2,3-diasilglukosamin 1-fosfat (Lipid X). dan
beragam turunan disakarida glukosamin pengganti. Pada S. typhimurium,
oligosakarida inti disintesis pada prekursor lipid A dengan penambahan KDO
berurutan (dari prekursor CMP) dan gula lainnya (terutama dari prekursor UDP,
walaupun sifat prekursor heptosa masih misterius). Sub unit oligosakarida dari
rantai spesifik-O di sintesis pada molekul pembawa bactoprenol dengan penambahan
gula berurutan dari prekursor nukleotida pada sisi dalam selaput sitoplasma;
kompleks baktoprenol-oligosakarida di translokasikan sepanjang selaput
sitoplasma, dimana sub unit-sub unit di polimerisasi di oligosakarida inti dari
molekul LPS yang belum lengkap. Pyrofosfat bactoprenol dilepas dan di
defosforilasi oleh fosfatase khusus, turunan monofosfat kemudian dikembalikan
ke sisi dalam selaput sitoplasma untuk siklus sintesis selanjutnya). Cabang di
rantai spesifik-O dapat ditambahkan sebelum atau sesudah polimerisasi: misalnya
pada S. typhimurium dimana residu abequosa ditambahkan ke oligosakarida
berkait bactoprenol, sementara pada S. minneapolis dan serogrup lainnya
E3 (O3, 15, 34) salmonellae berbagai residu di rantai spesifik-O di glukosilasi
setelah polimerisasi.
Penghambatan biosintesis lipid A adalah sifat dari senyawa
L-573,655; agen ini menghambat enzim deasetilase (produk gen lpxC) yang
berperan penting dalam biosintesis lipid A. Antibiotik Bacitracin menghambat
polimerisasi rantai spesifik-O.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar