Risya Widya P
NPM A.081.0019
Sediaan Tetes Mata
ATROPIN SULFAT
I.
MONOGRAFI
a.
Atropin Sulfat/Atropini Sulfas
(C17H23NO3)2H2SO4.H2O
Atropin sulfat
mengandung tidak kurang dari 99,0 persen dan tidak lebih dari setara
101,0 persen dari bis (1R, 3r, 5S) -3 - [(RS) - (3-hydroxy-2-phenylpropionyl)
oksi]-8-metil-8-azabicyclo silfat oktan, dihitung dengan substansi anhidrat.
Pemerian :
Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, mengembang di udara kering ; perlahan-lahan terpengaruh
oleh cahaya.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, terlebih dalam etanol
mendidih, mudah larut dalam gliserin.
Penyimpanan : simpan dalam wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Titik Leleh : 191-1950C
( FI IV hal 115 )
b.
Natrium Chloridum
Massa molar : 58.44 g/mol
Penampilan : Hablur heksahedral tidak
berwarna atau serbuk hablur putih/berbentuk kristal putih, tidak berbau, rasa
asin.
Kelarutan :
Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih
kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%) P.
Titik leleh :
801 °C (1074 K)
Titik didih : 1465 °C (1738 K)
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
c.
Benzalkonii Chloridum /
Benzalkonium Klorida
Pemerian :
Gel kental atau potongan seperti gelatin, putih atau putih kekuningan. Biasanya
berbau aromatic lemah. Larutan dalam air bersa pahit, jika dikocok sangat
berbusa dan biasanya sedikit alkali.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air dan etanol, bentuk anhidrat mudah larut dalam
benzena dan agak sukar larut dalam eter.
Fungsi :
pengawet antimikroba, antiseptik, desinfektan, bahan pensolubilisasi, bahan pembasah. Benzalkonium klorida adalah senyawa
amonium kuarterner yang digunakan dalam formulasi farmasetikal sebagai
antimikroba yang dalam aplikasinya sama dengan surfaktan kation lain, seperti
cetrimide. Dalam sediaan obat mata, benzalkonium klorida adalah pengawet yang
sering digunakan, pada konsentrasi 0,01 % - 0,02 % b/v. Sering digunakan dalam
kombinasi dengan pengawet atau eksipien lain, terutama 0,1 % b/v dinatrium edetat,
untuk meningkatkan aktivitas mikroba melawan Pseudomonas.
Stabilitas :
higroskopis, bisa dipengaruhi oleh cahaya, udara dan logam. Larutannya stabil
pada rentang pH dan temperatur yang lebar dan bisa disterilisasi dengan
autoklaf.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan aluminium,
surfaktan anionik, sitrat, katun, hidrogen peroksida, hidroksipropil
metilcelulosa.
( FI IV hal 130 ) ,
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, page 27)
d.
Dinatrii
Edetas/Dinatrium Edetat
C10H14N2Na2O8.2H2O
Pemerian :
Serbuk hablur putih
Kelarutan :
Larut dalam air
Keasaman/
kebasaan : pH = 4.3
– 4.7 untuk 1 % b/v larutan dalam air bebas
karbon dioksida.
karbon dioksida.
Penuruan
titik beku : 0,14 °C
(1 % b/v larutan berair).
Titik
leleh : dekomposisi
pada 252 °C untuk dihidrat.
Kelarutan : hampir tidak larut dalam kloroform
dan eter; sedikit larut dalam etanol (95 %); larut 1 dalam 11 air.
Viskositas : 1,03 mm3/s (1cSt) untuk 1 % b/v
larutan berair.
Penggunaan : Dalam formulasi farmasetikal
dinatrium EDTA digunakan sebagai bahan
pengkelat terutama pada konsentrasi antara 0,005 – 0,1 % b/v.
pengkelat terutama pada konsentrasi antara 0,005 – 0,1 % b/v.
( FI IV
hal 329 )
e.
Aqua Pro
Injectione (a.p.i)
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali,
disterilkan dengan cara sterilisasi A
atau C.
Pemerian : Cairan jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Sisa
penguapan : Tidak
lebih dari 0,003% b/v, penguapan dilakukan
diatas tangas air, kemudian dikeringkan pada suhu 105°C selama 1 jam.
Penyimpanan : Dalam
wadah tetutup kedap. Jika disimpan dalam wadah bertutup kapas berlemak harus
digunakan dalam waktu 3 hari setelah
pembuatan.
Khasiat
& penggunaan : Untuk pembuatan injeksi.
II.
FORMULA
Atropini
Sulfat 1%
Natrium
Chloridum 0,01%
Benzalkanii
Chloridum 0,05%
Dinatrii
Edetas 0,65%
Aqua Pro
Injectione
III.
PERHITUNGAN
DAN PENIMBANGAN
1.
Perhitungan
Tonisitas :
a. Kelengkapan
Zat
|
∆tb
|
C
|
Atropin Sulfat
|
0,073
|
1
|
Benzalkanii Chloridum
|
0,091
|
0,01
|
Dinatrii Edetas
|
0,132
|
0,05
|
b. Perhitungan
w =
=
= 0,763 % (hiporonis)
2.
Penimbangan
Bahan
|
Satuan Dasar
|
Volume Produksi
|
10 mL/Vial
|
2 Vial/27 mL
|
|
Atropin
Sulfat
|
100 mg
|
270 mg
|
NaCl
|
76 mg
|
205,2 mg
|
Dinatrii
Edetas
|
5 mg
|
13,5 mg
|
Benzalkanii
Cl
|
1 mg
|
2,7 mg
|
IV.
PEMBAHASAN
Pada praktikum steril kali ini dibuat sediaan
obat tetes mata dengan bahan aktif atropin sulfat. Digunakan bentuk garam dari
atropine ini, agar dapat mudah larut dalam pembawa air. Obat tetes mata
sebaiknya dalam bentuk larutan agar dapat dengan mudah berpenetrasi dan
bercampur dengan cairan lakrimal mata.
Dalam pembuatan obat sterilisasi tetes mata merupakan sesuatu yang penting. Apabila larutan
mata yang dibuat tidak steril maka dapat membawa banyak organisme, yang paling
berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi mata dari organisme ini yang
dapat menyebabkan kebutaan. Akan menjadi berbahaya penggunaan produk nonsteril
di dalam mata ketika kornea dibuka karena bahan-bahan partikulat dapat
mengiritasi mata. Pada
formulasi obat tetes mata yang kami buat digunakan beberapa bahan tambahan
selain pelarut API, yaitu Benzalkanii Chloridum, Natrium Chloridum, dan
Dinatrii Edetas.
Walaupun Obat tetes mata yang dibuat sudah
steril tetapi perlu penambahan pengawet karena obat tetes mata yang dibuat
digunakan dalam multiple dose, sehingga besar kemungkinan terjadi kontaminasi
mikroba dari udara saat Obat Tetes mata dibuka ketika akan digunakan. Pengawet
dalam Obat tetes mata harus memenuhi syarat yaitu efektif dan efisien (harus
aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa), tidak berinteraksi dengan zat aktif dan
eksipien lain, tidak iritan terhadap mata dan tidak toksik. Pengawet yang
dipilih adalah benzalkonium klorida karena efektif dalam dosis rendah (dalam
OTM = 0,01 – 0,02 %), sangat aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa, reaksi
antimikrobanya cepat dan stabilitas tinggi pada rentang pH lebar, tetapi masih
kompatibel dengan zat aktif dan eksipien lain.
Dinatrium edetat digunakan sebagai agen
pengkelat untuk mengikat ion logam-logam yang berasal dari wadah gelas, selain
itu wadah gelas berkapur dapat membebaskan logam yang dapat mengkatalisis
hidrolisis zat aktif seperti benzalkonium klorida, karena benzalkonium klorida
dapat dipengaruhi oleh logam sehingga menjadi tidak stabil, selain itu preparat
mata juga tidak boleh mengandung logam.
NaCl digunakan untuk membuat larutan menjadi
isotonis, sehingga tonisitas larutan obat sama dengan tonisitas cairan mata
sehingga tidak menimbulkan rasa perih saat penggunaaan dan tidak dapat
menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya.
Idealnya pH sediaan tetes mata sama dengan pH cairan mata, yaitu 7,6. Akan
tetapi banyak obat mata yang belum larut sempurna pada pH tersebut sehingga
adanya toleransi pH untuk sediaan tetes mata. Rentang pH obat tetes mata sangat
lebar yaitu 4,5-9 dikarenakan adanya cairan
mata yang dapat membantu menetralisir pH.
Metode
yang kami gunakan adalah cara aseptic. Walaupun Atropine Sulfat merupakan termostabil
(tahan panas) tetapi sediaan tetes mata ini menggunakan kemasan plastic
sehingga pemilihan metodenya menjadi aseptis. Selain berdasarkan kemasan,
pemilihan metode aseptis juga karena sediaan tetes mata ini merupakan obat
multiple dose sehingga ditambahkan pengawet.
Pengerjaan
sterilisasi metode aseptis dilakukan dalam ruang bersih kelas A dengan latar
belakang kelas B. Dalam pembuatannya di
ruang kelas A harus dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow). LAF ini memiliki
kecepatan udara 0,36-0,54 m/detik karena apabila kurang dari 0,36 m/detik maka
partikel tidak bisa terbawa dan tidak boleh lebih dari 0,54 m.detik menghindari
terjadinya udara tubuler sehingga akan menimbulkan kontaminasi.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2007. The United States Pharmacopeia. Vol
2. Port City Press, Baltimore
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Reynolds, James E. F. 1982. Martindale The Extra
Pharmacopoiea. Twenty-eighth Edition. Pharmaceutical Press : London.
Rowe, Raymond. C, Sheskey, Paul J, and Owen Sian C. 2006. Handbook
of Pharmaceutical Excipient. Fifth edition. Pharmaceutical Press :
London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar