Rabu, 05 September 2012

Tetes Mata


Risya Widya P
NPM A.081.0019 

Sediaan Tetes Mata
ATROPIN SULFAT

I.                    MONOGRAFI
a.      http://www.cbwinfo.com/Pharmaceuticals/Structures/Atropine.gifAtropin Sulfat/Atropini Sulfas





(C17­H23NO3)2H2SO4.H2O
Atropin sulfat mengandung tidak kurang dari 99,0 persen dan tidak lebih dari setara 101,0 persen dari bis (1R, 3r, 5S) -3 - [(RS) - (3-hydroxy-2-phenylpropionyl) oksi]-8-metil-8-azabicyclo silfat oktan, dihitung dengan substansi anhidrat.
Pemerian        : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, mengembang  di udara kering ; perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Kelarutan        : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih, mudah larut dalam gliserin.
Penyimpanan : simpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Titik Leleh       : 191-1950C
( FI IV hal 115 )



b.      Natrium Chloridum
Nama IUPAC               : Natrium Klorida
Nama lain                   : Garam dapur; halit
Rumus molekul           : NaCl
Massa molar               : 58.44 g/mol
Penampilan                 : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih/berbentuk kristal putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan                    : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol  P, sukar larut dalam etanol (95%) P.
            Densitas                      : 2.16 g/cm3
Titik leleh                    : 801 °C (1074 K)
Titik didih                    : 1465 °C (1738 K)
Kelarutan dalam air    : 35.9 g/100 mL (25 °C)
Penyimpanan              : Dalam wadah tertutup baik.

c.       http://www.thwater.net/cp_img/pro04/1227.gifBenzalkonii Chloridum / Benzalkonium Klorida





Pemerian        : Gel kental atau potongan seperti gelatin, putih atau putih kekuningan. Biasanya berbau aromatic lemah. Larutan dalam air bersa pahit, jika dikocok sangat berbusa dan biasanya sedikit alkali.
Kelarutan        : Sangat mudah larut dalam air dan etanol, bentuk anhidrat mudah larut dalam benzena dan agak sukar larut dalam eter.
Fungsi              : pengawet antimikroba, antiseptik, desinfektan, bahan pensolubilisasi, bahan   pembasah. Benzalkonium klorida adalah senyawa amonium kuarterner yang digunakan dalam formulasi farmasetikal sebagai antimikroba yang dalam aplikasinya sama dengan surfaktan kation lain, seperti cetrimide. Dalam sediaan obat mata, benzalkonium klorida adalah pengawet yang sering digunakan, pada konsentrasi 0,01 % - 0,02 % b/v. Sering digunakan dalam kombinasi dengan pengawet atau eksipien lain, terutama 0,1 % b/v dinatrium edetat, untuk meningkatkan aktivitas mikroba melawan Pseudomonas.
Stabilitas        : higroskopis, bisa dipengaruhi oleh cahaya, udara dan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan temperatur yang lebar dan bisa disterilisasi dengan autoklaf.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat, katun, hidrogen peroksida, hidroksipropil metilcelulosa.
( FI IV hal 130 ) , (Handbook of Pharmaceutical Excipients, page 27)
d.      Dinatrii Edetas/Dinatrium Edetat
http://www.gbiosciences.com/ResearchUploads/ResearchProductsImages/mediumimages/EDTA%20Na2.jpg
C10H14N2Na2O8.2H2O
Pemerian        : Serbuk hablur putih
Kelarutan        : Larut dalam air
Keasaman/ kebasaan : pH = 4.3 – 4.7 untuk 1 % b/v larutan dalam air bebas
karbon dioksida.
Penuruan titik beku : 0,14 °C (1 % b/v larutan berair).
Titik leleh : dekomposisi pada 252 °C untuk dihidrat.
Kelarutan : hampir tidak larut dalam kloroform dan eter; sedikit larut dalam etanol (95 %); larut 1 dalam 11 air.
Viskositas : 1,03 mm3/s (1cSt) untuk 1 % b/v larutan berair.
Penggunaan : Dalam formulasi farmasetikal dinatrium EDTA digunakan sebagai bahan
pengkelat terutama pada konsentrasi antara 0,005 – 0,1 % b/v.
( FI IV hal 329 )

e.                  Aqua Pro Injectione (a.p.i)
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.
Pemerian                                : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Sisa penguapan                       : Tidak lebih dari 0,003% b/v, penguapan dilakukan  diatas tangas air, kemudian dikeringkan pada suhu 105°C selama 1 jam.
Penyimpanan                          : Dalam wadah tetutup kedap. Jika disimpan dalam wadah bertutup kapas berlemak harus digunakan  dalam waktu 3 hari setelah pembuatan.
Khasiat & penggunaan            : Untuk pembuatan injeksi.


II.                  FORMULA
Atropini Sulfat                         1%
Natrium Chloridum                 0,01%
Benzalkanii Chloridum            0,05%
Dinatrii Edetas                                    0,65%
Aqua Pro Injectione

III.                PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
1.      Perhitungan
Tonisitas :
a.      Kelengkapan
Zat
∆tb
C
Atropin Sulfat
0,073
1
Benzalkanii Chloridum
0,091
0,01
Dinatrii Edetas
0,132
0,05

b.      Perhitungan
w   =
      =
 = 0,763 % (hiporonis)





2.      Penimbangan
Bahan
Satuan Dasar
Volume Produksi
10 mL/Vial
2 Vial/27 mL
Atropin Sulfat
100 mg
270 mg
NaCl
76 mg
205,2 mg
Dinatrii Edetas
5 mg
13,5 mg
Benzalkanii Cl
1 mg
2,7 mg


IV.               PEMBAHASAN
Pada praktikum steril kali ini dibuat sediaan obat tetes mata dengan bahan aktif atropin sulfat. Digunakan bentuk garam dari atropine ini, agar dapat mudah larut dalam pembawa air. Obat tetes mata sebaiknya dalam bentuk larutan agar dapat dengan mudah berpenetrasi dan bercampur dengan cairan lakrimal mata.
Dalam pembuatan obat sterilisasi tetes mata merupakan sesuatu yang penting. Apabila larutan mata yang dibuat tidak steril maka dapat membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Akan menjadi berbahaya penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka karena bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata. Pada formulasi obat tetes mata yang kami buat digunakan beberapa bahan tambahan selain pelarut API, yaitu Benzalkanii Chloridum, Natrium Chloridum, dan Dinatrii Edetas.
Walaupun Obat tetes mata yang dibuat sudah steril tetapi perlu penambahan pengawet karena obat tetes mata yang dibuat digunakan dalam multiple dose, sehingga besar kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba dari udara saat Obat Tetes mata dibuka ketika akan digunakan. Pengawet dalam Obat tetes mata harus memenuhi syarat yaitu efektif dan efisien (harus aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa), tidak berinteraksi dengan zat aktif dan eksipien lain, tidak iritan terhadap mata dan tidak toksik. Pengawet yang dipilih adalah benzalkonium klorida karena efektif dalam dosis rendah (dalam OTM = 0,01 – 0,02 %), sangat aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa, reaksi antimikrobanya cepat dan stabilitas tinggi pada rentang pH lebar, tetapi masih kompatibel dengan zat aktif dan eksipien lain.
Dinatrium edetat digunakan sebagai agen pengkelat untuk mengikat ion logam-logam yang berasal dari wadah gelas, selain itu wadah gelas berkapur dapat membebaskan logam yang dapat mengkatalisis hidrolisis zat aktif seperti benzalkonium klorida, karena benzalkonium klorida dapat dipengaruhi oleh logam sehingga menjadi tidak stabil, selain itu preparat mata juga tidak boleh mengandung logam.
NaCl digunakan untuk membuat larutan menjadi isotonis, sehingga tonisitas larutan obat sama dengan tonisitas cairan mata sehingga tidak menimbulkan rasa perih saat penggunaaan dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Idealnya pH sediaan tetes mata sama dengan pH cairan mata, yaitu 7,6. Akan tetapi banyak obat mata yang belum larut sempurna pada pH tersebut sehingga adanya toleransi pH untuk sediaan tetes mata. Rentang pH obat tetes mata sangat lebar yaitu 4,5-9 dikarenakan adanya cairan  mata yang dapat membantu menetralisir pH.
Metode yang kami gunakan adalah cara aseptic. Walaupun Atropine Sulfat merupakan termostabil (tahan panas) tetapi sediaan tetes mata ini menggunakan kemasan plastic sehingga pemilihan metodenya menjadi aseptis. Selain berdasarkan kemasan, pemilihan metode aseptis juga karena sediaan tetes mata ini merupakan obat multiple dose sehingga ditambahkan pengawet.
Pengerjaan sterilisasi metode aseptis dilakukan dalam ruang bersih kelas A dengan latar belakang kelas B.  Dalam pembuatannya di ruang kelas A harus dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow). LAF ini memiliki kecepatan udara 0,36-0,54 m/detik karena apabila kurang dari 0,36 m/detik maka partikel tidak bisa terbawa dan tidak boleh lebih dari 0,54 m.detik menghindari terjadinya udara tubuler sehingga akan menimbulkan kontaminasi.




V.                 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. The United States Pharmacopeia. Vol 2. Port City Press, Baltimore
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Reynolds, James E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoiea. Twenty-eighth Edition. Pharmaceutical Press : London.
Rowe, Raymond. C, Sheskey, Paul J, and Owen Sian C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Fifth edition. Pharmaceutical Press : London.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar