Sediaan Injeksi
TESTOSTERON PROPIONAT
Nomor Batch : 0505111
|
Tanggal : 01 Juni 2011
|
||||
Disusun Oleh
|
Disetujui Oleh
|
||||
Risya Widya Pratiwi
|
|
||||
Kode Produk
|
Nama Produk
|
Volume Produk
|
Bentuk
|
Kemasan
|
Waktu Pengolahan
|
|
Testoron
|
10 mL
|
Larutan Minyak
|
Vial
|
08.30 – 12.00
|
I.
MONOGRAFI
a.
Testosteroni
Propionas / Testosteron Propionat
C22H32O3 BM
344,49
Definisi : mengandung tidak kurang
dari 97,0 % dan tidak lebih dari 103,0 % 3-Oxoandrost-4-en-17β-yl propanoate
(Bahan Kering). (European Pharmacopeia, 2005.
Halm : 2545)
Pemerian : Hablur atau serbuk
hablur, putih atau putih krem, tidak berbau dan stabil di udara. (Farmakope IV, halm : 775)
Bubuk putih atau hampir putih
atau kristal tak berwarna, praktis tidak larut dalam air, bebas larut
dalam
aseton, dalam alkohol dan dalam metanol, larut dalam minyak lemak. (British Pharmacopeia, 2009)
aseton, dalam alkohol dan dalam metanol, larut dalam minyak lemak. (British Pharmacopeia, 2009)
Kelarutan : Tidak larut dalam air,
mudah larut dalam etanol, dalam dioksan, dalam eter dan dalam pelarut organic
lain, larut dalam minyak nabati. (Farmakope
IV, halm : 775)
Titik Leleh : 119° - 123° C. (British
Pharmacopeia, 2009)
Penggunaan :pengobatan hipogonadisme membutuhkan hingga 50 mg dua kali atau 3 kali seminggu. Untuk perawatan paliatif dari operasi
neoplasma payudara 100 sampai 300 mg seminggu diberikan dalam dosis terbagi.
Testosteron propionate juga diberikan sebagai tablet bukal pada dosis 5 sampai
20 mg per hari. Dosis 200 mg sehari diberikan untuk operasi payudara neoplasma
wanita menopause. Tablet Bukal kadang digunakan untuk pembesaran payudara postpartum
dalam dosis 40 mg sehari. (Martindale,
1982. Halm 1438)
Wadah penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis
ganda, terlindung dari cahaya. (Farmakope
IV, halm : 775)
Simpan dalam wadah tertutup
baik, terlindung dari cahaya. (British
Pharmacopeia, 2009)
Incompatibilitas :
Dengan alkali dan senyawa oksidator. (Martindale,
1982. Halm 1438)
b.
Oleum Arachidis
Minyak kacang adalah minyak lemak yang telah
dimurnikan, diperoleh pemerasan biji Arachis hypogea L yang telah dimurnikan. (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)
Nama Nonproprietary :
British Pharmacopeia : Arachis oil
Japanesse Pharmacopeia : Peanut Oil
European Pharmacopeia : Arachidis Oleum Raffinatum
USPNF : Peanut Oil
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006.
Halm : 505)
Nama Sinonim : Aextreff CT, minyak earthnut, minyak kacang tanah,
minyak katchung, minyak kacang. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006.
Halm : 505)
Pemerian : minyak kacang tanah
adalah cairan berwarna kuning atau kuning pucat yang memiliki bau dan rasa
samar, hampir tidak berasa. Pada sekitar 38°C menjadi berembun, dan pada suhu yang
lebih rendah itu sebagian membeku. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006.
Halm : 505)
Penggunaan : Pelumas Kendaraan, Pelarut. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006.
Halm : 505)
Arachis minyak memiliki sifat serupa dengan minyak
zaitun dan digunakan untuk tujuan yang sama. emulsi mengandung minyak
Arachis dan dekstrosa telah diberikan dalam infuse intragastric kontinu sebagai
bagian dari diet nitrogen bebas. (Martindale,
1982. Halm 695)
Zat pembawa, zat pelarut (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)
Stabilitas :
Minyak kacang tanah merupakan bahan dasarnya
stabil. Namun pemaparan pada udara perlahan-lahan dapat menebal dan dapat menjadi
tengik. Pemadatan minyak kacang harus benar-benar meleleh dan dicampur sebelum
digunakan.Minyak kacang tanah dapat disterilkan dengan penyaringan aseptik atau
dengan panas kering, misalnya, dengan mempertahankan itu pada 150°C selama 1
jam. (Handbook of
Pharmaceutical Excipient, 2006. Halm : 505)
Bilangan Iodin : 85 sampai 105 (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)
Bilangan Asam : Tidak lebih dari 0,5. (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)
Bilangan Penyabunan : 188 sampai 196. (Farmakope Indonesia III, 1979. Halm : 452)
Penyimpanan : Minyak Kacang tanah harus
disimpan dalam wadah baik kedap udara, lightresistant,. Pada suhu tidak
melebihi 40°C . Materi yang ditujukan untuk digunakan dalam bentuk
sediaan parenteral harus disimpan dalam wadah kaca. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006.
Halm : 505)
Incompatibilitas : Minyak kacang tanah
mungkin disaponifikasi oleh hidroksida alkali. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2006.
Halm : 505)
II.
FORMULA
Testosterone Propionat 11,9 mg
Oleum Arachidis
III.
PERHITUNGAN
DAN PENIMBANGAN
1.
Perhitungan
1)
C
testosterone propionat diperoleh dari perhitungan :
C = x C Testosteron
= x 10 % = 11,9 %
2)
Perhitungan
Volume Produksi
Vial = n.c + 6 mL
= 1.10 + 6 mL
= 16 mL
2. Penimbangan
Bahan
|
Satuan
Dasar
|
Volume
Produksi
|
1
mL
|
16
mL
|
|
Testosteron
Propionat
|
11,9
mg
|
190,4
mg
|
IV.
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang dilakukan pada tanggal
01 Juni 2011 dibuat sediaan injeksi
dengan menggunakan Testosteron Propionat sebagai zat berkhasiatnya. Adapun
formulanya, yaitu :
Testosterone Propionat 11,9 mg
Oleum Arachidis add 16 mL
Pemilihan testosterone propionat sebagai zat
aktif ini karena testosterone propionate walaupun tidak dapat larut air tetapi
dapat larut dalam minyak nabati sehingga dapad dibuat dalam bentuk sediaan
injeksi intramuskular. Berbeda dengan testosterone propionate, testosterone
tidak dapat larut air, alkohol, maupun minyak nabati. Dilihat dari kelarutannya
maka untuk membuat sediaan testosteron dapat dibuat sediaan oral tetapi
hambatannya adalah tidak dapat diberikan secara
oral karena oleh bakteri usus gugus 17ß-hidroksi akan dioksidasi menjadi
17ß-keto yang tidak aktif. Selain itu testosteron mempuyai waktu paruh pendek karena dapat cepat diserap
dalam saluran cerna dan cepat mengalami degradasi hepatik. Karena hal ini maka
menggunakan derivat testosteron, yaitu testosterone propionate yang mempunyai
awal kerja cepat dan masa kerja yang lebih pendek dibanding derivat-derivat
testosteron lain.
Injeksi testosterone memiliki konsentrasi
10mg/mL yang bertujuan untuk memenuhi kekurangan tubuh terhadap hormone
testosterone. Berdasarkan literatur, testosteron memiliki pH stabil antara
4-7,5. pH optimal untuk
darah atau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 dan disebut isohidri. Karena tidak
semua bahan obat steril pada pH cairan tubuh, pH harus berada di antara rentang
4-7,5 bertujuan untuk mencegah terjadinya rangsangan/rasa sakit pada saat
disuntikkan. Jika pH >9 dapat menyebabkan nekrosis jaringan (jaringan
menjadi mati), sedangkan jika pH <3 adanya="adanya" dalam="dalam" dan="dan" disuntikkan.="disuntikkan." ditambahkan="ditambahkan" i="i" ini="ini" intramuskular="intramuskular" itu="itu" karena="karena" kestabilan="kestabilan" lebar="lebar" maka="maka" masuk="masuk" menimbulkan="menimbulkan" merupakan="merupakan" pada="pada" pendapar.="pendapar." pengawet="pengawet" perlu="perlu" ph="ph" phnya="phnya" rasa="rasa" rentang="rentang" saat="saat" sakit="sakit" sediaan="sediaan" selain="selain" style="mso-bidi-font-style: normal;" tambahan="tambahan" testosterone="testosterone" tidak="tidak" tubuh="tubuh">single dose3>
.
Dalam
sediaan injeksi intramuskular ini tidak perlu adanya tambahan zat pengisotonis
karena sediaan ini dalam bentuk larutan minyak yang tidak memiliki titik beku.
Karena bentuknya yang merupakan larutan minyak maka pemberiannya intramuskular
karena apabila intravena maka akan terjadi penimbunan yang akhirnya pembuluh
darah bisa menjadi tersumbat.
Dari
sediaan yang telah di buat pada praktikum kali ini, kita membuat injeksi
testosteron yang tanpa menggunakan bahan tambahan lain selain pelarut
sediaan, pelarut non air atau sediaan
injeksi pembawa minyak dan zat aktif testosterone sangat larut baik dalam minyak
nabati, minyak nabati yang dipilih harus memenuhi persyaratan oleum pro injection. Persyaratan oleum pro injection, diantaranya:
1.
Harus jernih pada suhu 100.
2. Pemeriaan,
syarat kelarutan, sisa pemijaran, minyak mineral, minyak harsa, senyawa
belerang, logam, memenuhi syarat yang tertera pada olea pinguia.
3. Bilangan
asam tidak kurang dari 0,2 dan tidak lebih dari 0,9
4. Bilangan
iodium tidak kurang dari 79 dan ridak lebih dari 128.
5.
Bilangan penyabunan tidak kurang dari
185 dan tidak lebih dari 200
Dalam
sediaan ini pemilihan pelarutnya adalah oleum arachidis. Hal ini karena Oleum
arachidis memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai oleum pro injection yang disebutkan sebelumnya. Oleum Arachidis
memiliki bilangan asam tidak lebih dari 0,5, bilangan iodine 85 sampai 105, dan
bilangan penyabunan 188 sampai 196. Sebelum
sediaan dimasukan kedalam vial, terlebih dahulu harus dilakukan proses
penyaringan atau filtrasi dengan menggunakan kain kasa, filtrasi ini dilakukan
dengan tujuan agar sediaan yang berada didalam ampul tidak mengandung partikel
kasar setelah proses filtrasi.
Vial
yang telah berisi sediaan kemudian ditutup sementara dan dimasukan kedalam oven
selama 1jam dengan suhu 1500C. kemudian setelah itu vial ditutup dengan
penutup karet secara aseptik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadi
cemaran kuman hingga seminimal mungkin.
Pemilihan ini berdasarkan bahan-bahan dalam
formula ini terutama zat aktif yang bersifat stabil terhadap pemanasan.
Sterilisasi menggunakan sterilisasi panas kering karena apabila menggunakan
autoklaf maka kemungkinan akan ada uap air yang masuk dalam sediaan.
Kemungkinan ini dapat menurunkan stabilitas atau merusak sediaan yang dibuat. Sediaan
yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian di tutup kedap, atau
penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah pencemaran. Wadah yang
tertutup sementara kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik. Wadah yang
digunakan adalah vial kaca bening. Hal ini salah karena sediaan ini harus
terlindungi dari cahaya untuk menghindari kerusakan sediaan oleh cahaya dengan
adanya proses oksidasi. Seharusnya wadah yang digunakan adalah vial berwarna
coklat karena testosterone propionat inkompatibilitasnya terhadap senyawa
oksidator atau dapat teroksidasi terhadap cahaya.
V.
LAMPIRAN
1)
Aspek
Farmakologi
Indikasi : Defisiensi androgen
(hipogonadisme,hipogonadotropin), Keterlambatan pubertas pada pria, kanker
payudara (karsinomamae).
Kontraindikasi :
Karsinoma prostat.
Efek Farmakologi : Testosteron adalah zat androgen utama yang
disintesa dalam testis, ovarium dan ginjal. Sel-sel leydig (sel-sel
interstitium) dari testes distimulasi oleh LH untuk menghasilkan testosteron
sebanyak 2,5-11 mg/hari. Sintesa testosteron diregulasi oleh FSH dan LH dari
hipofisis, yang juga menstimulasi pertumbuhan testes dan pembentukan sel-sel
mani (spermatogenesis). LH bereaksi dengan sel-sel leydig dengan efek
peningkatan produksi C-AMP yang berakibat dimulai reaksi enzimatis: asetat" kolesteron " testosteron
Dosis dan cara pemberian : 10 mg/hari secara IM.
Efek samping : Maskulinasi terjadi pada perempuan,
feminisasi terjadi pada pria, penghambatan spermatogenesis, hiperplasia prostat
(pada laki-laki usia lanjut merangsang pembesaran prostat), gangguan
pertumbuhan, udemi ikterus (hepatitis kolestatik), hiperkalsemia dapat timbul
pada perempuan penderita karsinoma payudara yang diobati dengan androgen.
Interaksi obat : Zat androgen meningkatkan efek antikoagulan
(kumarin idandion) sehingga perlu penerunan dosis antikoagulan untuk mencegah
pendarahan, metandrostenolon menaikan efektifitas dan efek toksik
kortikosteroid. Anabolik steroid dapat menurunkan kadar gula darah penderita
diabetes melitus sehingga kebutuhan akan obat antidiabetik menurun.
2)
Etiket
SEKOLAH
TINGGI FARMASI INDONESIA
Jl.
Soekarno Hatta 354 Parakan Resik
|
|||
No Batch : 0505111
Nama Dagang : Testoron
Vial 10 mL
Injeksi Intramuskular
Mengandung Testosteron 10 mg/mL
Exp.
Date : Mei 2013
|
|||
HARUS
DENGAN RESEP DOKTER
|
|||
KOCOK
DAHULU
|
3)
Brosur
|
4)
Kemasan
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
British Pharmacopeia
Commission . 2009. British Pharmacopeia. Vol 1. The Stationery Office, London
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Council of Europe. 2005. European Pharmacopeia Fifth Edition. Council
Of Europe, Strasbourg
Reynolds, James E. F. 1982.
Martindale
The Extra Pharmacopoiea. Twenty-Eigth Edition. Pharmaceutical Press :
London.
Rowe, Raymond. C, Sheskey,
Paul J, and Owen Sian C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient.
Fifth edition. Pharmaceutical Press : London.
Hi there, I check your blogs on a regular basis.
BalasHapusYour writing style is awesome, keep it up!
my website > Weight Loss
thank you.. :)
BalasHapus